Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku optimistis perekonomian Indonesia tahun depan akan lebih tangguh menghadapi krisis, asalkan pertumbuhan investasi bisa di atas 5 persen.
"Kita punya harapan bahwa resilience dari ekonomi kita akibat kenaikan interest rate karena inflasi tinggi dari dunia itu bisa kita jaga," ujarnya dalam Kompas 100 CEO Forum 2022 di Istana Negara, Jumat (12/2).
Menurutnya, krisis akibat kenaikan suku bunga dan pengetatan kebijakan moneter di negara-negara maju sebenarnya dirancang untuk memoderasi sisi permintaan agar inflasi tidak memburuk.
Namun, hal tersebut dipastikan bakal berdampak terhadap perekonomian negara-negara berkembang seperti Indonesia. "Ini yang pasti akan terjadi paling tidak setengah tahun depan. Interest ratenya tinggi inflasinya menurunnya mungkin mulai bertahap. Itu resiko pertama yang harus kita lihat," katanya.
Dampak kenaikan suku bunga dan kebijakan moneter tersebut juga takkan hanya dirasakan oleh negara berkembang, tapi bakal terasa lebih buruk di negara-negara maju dan turut berdampak pula pada negara-negara yang jadi mitra dagangnya.
"Dengan interest rate yang tinggi, beberapa pejabat di The Federal Reserve bahkan menyampaikan it's gonna be high or relatively long. Ini berarti dampak terhadap ekonomi di negara maju mungkin akan terasa sepanjang tahun 2023," ujarnya.
Indonesia berpotensi mengalami pukulan berupa arus modal keluar dari pasar keuangan alias capital outflow.
"Itu yang sekarang kita rasakan. Surat Berharga Negara (SBN) kita termasuk yang terkena capital outflow dari non residen. Jadi pemegang SBN asing keluar dari Indonesia atau melepas SBN kita. Berarti yield surat berharga kita juga akan naik. Interest rate di dalam negeri, Bank Indonesia terpaksa harus juga [menyesuaikan] terhadap tren global ini," katanya.
Kepercayaan investor
Lantaran itu pula Sri Mulyani mempertanyakan keyakinan para CEO yang hadir dalam forum tersebut untuk tetap ekspansi di tengah gejolak ekonomi pada 2023.
Sebab, hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan investasi Indonesia, yang efeknya bakal dirasakan perekonomian domestik. “Saya akan bertanya pada CEO di sini. Anda confident enggak untuk tetap ekspansi sehingga pertumbuhan investasi di atas 5 persen? Itu penting,” ujarnya.
Ia mencontohkan pada kuartal III/2022, Indonesia mampu tumbuh pada level 5,7 persen secara tahunan. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari konsumsi rumah tangga dan investasi yang masing-masing mencapai 5,39 persen (yoy) dan 4,96 persen. Sementara, porsinya terhadap PDB masing-masing 50,38 persen dan 28,55 persen.
"Seberapa resilient investasi kita bisa bertahan dalam kondisi kecenderungan suku bunga akan lebih tinggi dibandingkan tahun Ini? Kan itu yang harus kita lihat. Teman-teman perbankan di sini akan lihat, credit growth mereka akan tetap resilient apa tidak? Dan IPO atau perusahaan yang akan tetap melakukan listed supaya capital dan investment tetap terjadi [akan tetap berlanjut atau tidak]," katanya.