Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bercerita bahwa dia kerap mendapatkan tawaran pinjaman online yang masuk pada gawai miliknya.
Tawaran tersebut, kata dia, muncul hampir setiap hari dan menunjukkan besarnya bahaya yang muncul dari gawai jika masyarakat tidak memiliki pertahanan berupa Literasi Keuangan yang baik.
Hal tersebut dia sampaikan saat berbicara dalam sebuah acara talk show edukasi keuangan bertajuk "Ibu, Anak dan Keluarga Cakap Keuangan (Bundaku)" yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Selasa (25/6).
"Gadget ini jadi teman sekaligus ancaman. Anda tidak bisa men-screen. Mungkin bisa dengan beberapa aplikasi. Tapi masif sekali sekarang itu offering berbagai hal. Anda lihat saja SMS Anda itu banyak sekali. 'BPKB Anda bisa dipakai untuk ini'. Anda tanya Ibu dapat atau tidak? Dapat saya juga. Saya ditawari pinjaman tiap hari sama kayak ibu-ibu," ujarnya.
Menurut sang Bendahara Negara, penting bagi semua perempuan untuk memiliki literasi keuangan yang baik pada era sekarang. Pasalnya, masa perkembangan teknologi dan digital membuat informasi menjadi sulit terbendung dan tak terbatas.
Di sisi lain, jumlah perempuan yang menabung terus bertumbuh seiring dengan meningkatnya kemampuan ekonomi dan pendidikan. Berdasarkan data OJK, misalnya, disebutkan bahwa 67 persen perempuan Indonesia sudah bisa menabung.
Namun, tidak semua menempatkan dana tabungannya pada instrumen yang benar. Sebab 37 persen di antaranya menabung atau menaruh dananya pada tabungan berbasis kelompok, seperti arisan atau majelis. Padahal beberapa skema menabung tersebut hanya menawarkan iming-iming imbal hasil besar, tetapi tidak aman karena tidak mematuhi peraturan yang dibuat regulator jasa keuangan.
"Karena sudah punya tabungan berarti mulai banyak ide. Dan idenya macam-macam. Walaupun majelis taklim. Tapi dibilang, 'Bu nanam di situ untungnya gede'. Langsung [ikut saja], biasanya. Apalagi kalau disebut kebun kurma, syariah. Udah Enggak mikir. Wah ini sepertinya halal. Dan banyak orang yang mampu menangkap emotional preference seperti itu. Ini orang yang disebut enterpreneur," katanya.
Dia juga menyinggung soal mudahnya para perempuan terjebak dan merugi ketika mengambil keputusan investasi. Hal ini, salah satunya disebabkan karena perempuan cenderung lebih mengedepankan sisi emosional ketimbang laki-laki.
"Karena ada riset engenai perbedaan otak perempuan dan laki-laki. Pada bulan Februari dari Stanford University. Dr Menon (Vinod Menon) menyampaikan sebuah bukti bahwa otak laki-laki dan perempuan itu beda. Kira-kira perempuan emosional, di dalam otak jauh lebih ke depan dibandingkan laki-laki. Tapi dia mampu lebih cerdas dari sisi writing dan thinking," ujarnya.