Sri Mulyani Ungkap Tantangan Industri Tekstil

Tingkat kemiskinan kembali ke masa pra pandemi.

Sri Mulyani Ungkap Tantangan Industri Tekstil
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Senayan, Jakarta (17/9/2024). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Sektor manufaktur padat karya tetap tumbuh pada kuartal III-2024, dengan pertumbuhan sub-sektor tekstil 7,4 persen dan serapan tenaga kerja mencapai 4,79 juta orang.
  • Angka pengangguran turun menjadi 4,91 juta orang, menunjukkan pemulihan pascapandemi dengan angka pengangguran di bawah level pra-pandemi pada Agustus 2019.

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa sejumlah industri di Indonesia, terutama sektor padat karya seperti tekstil, sedang menghadapi tantangan ekonomi. Beberapa perusahaan bahkan mengalami kesulitan hingga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk kebangkrutan perusahaan besar tekstil PT Sri Rejeki Isman (Sritex).

"Kita tidak bisa mengabaikan bahwa ada masalah di industri yang perlu kita tangani," ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR, Rabu (13/11).

Meski demikian, ia menyampaikan bahwa sektor manufaktur padat karya tetap tumbuh pada kuartal III-2024, dengan kenaikan 4,72 persen. Sub-sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh 7,4 persen, alas kaki di bawah 10,1 persen, dan furnitur tumbuh 6,8 persen. 

Dia juga menekankan bahwa secara makro, kinerja industri masih cukup baik, meskipun angka tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Di sisi lain, serapan tenaga kerja pada sektor industri mencapai 4,79 juta orang pada kuartal III-2024, dengan jumlah penduduk bekerja naik menjadi 144,6 juta. Tingkat pengangguran yang turun menjadi 4,91 juta orang menunjukkan pemulihan pascapandemi dengan angka pengangguran kembali ke level di bawah pra-pandemi pada Agustus 2019, yakni 5,23 persen.

"Pascapandemi unemployment sempat melonjak 7,07 persen, sekarang sudah turun di bawah 5 persen. Artinya sudah di bawah level pre-pandemi 5,23 persen tahun 2019. Ini momentum yang harus dijaga. Growth creating job penting, akhirnya masyarakat bisa menikmati kue ekonomi yang naik penciptaan lapangan kerja," ujarnya.

Ia juga menyampaikan bahwa angka kemiskinan juga turun menjadi 9,03 persen, lebih rendah dibandingkan dengan periode pra-pandemi sebesar 9,41 persen.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil