Tekan Impor, Bahlil Mau Tambah Produksi LPG 2 Juta Ton

ESDM petakan sumber gas yang bisa produksi LPG.

Tekan Impor, Bahlil Mau Tambah Produksi LPG 2 Juta Ton
Warga antri membeli tabung LPG 3 Kg di Pekanbaru, Riau. Shutterstock/Arief Budi Kusuma
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Impor LPG mencapai 7 juta ton per tahun karena produksi dalam negeri hanya 1,7 juta ton dari kebutuhan 8 juta ton.
  • Potensi sumber LPG berasal dari gas C3 (propana) dan C4 (butana), namun harganya di Indonesia tidak kompetitif.

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana meningkatkan produksi Liquefied Petroleum Gas (LPG) dalam negeri sebesar 2 juta ton untuk menekan impor.

Pasalnya, produksi LPG dalam negeri saat ini masih berkisar 1,7 juta ton per tahun, sementara kebutuhannya mencapai 8 juta ton. Dus, tiap tahunnya, Impor LPG bisa mencapai 7 juta ton.

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengatakan berdasarkan informasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana (SKK) Migas, potensi sumber LPG tersebut berasal dari jenis gas C3 (propana) dan C4 (butana).

Masalahnya, hingga saat ini gas C3 dan C4 sebagai bahan produksi LPG tidak memiliki harga kompetitif di Indonesia. Pasalnya, harga gas di Indonesia mengacu pada harga acuan Saudi Aramco Contract Price.

"Insya Allah ke depan kalau Pak Prabowo punya program kedaulatan energi, kami akan sarankan agar segera membangun industri LPG dalam negeri, memanfaatkan bahan baku yang ada di negara kita dengan harga yang ekonomis," ujarnya dalam acara Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Migas 2024, dikutip Selasa (8/10).

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi, mengatakan bahwa pemerintah masih mengkaji sumber-sumber gas yang memiliki unsur C3 dan C4.

Pasalnya, karakteristik tiap lapangan migas berbeda-beda dan tidak semuanya bisa menghasilkan gas alam yang didominasi C3 dan C4.

"Dan kita udah pegang itu. Jadi dievaluasi dengan Lemigas. Mana sih lapangan gas yang masih mempunyai kandungan C3 dan C4," ujarnya di Kementerian ESDM, Jumat (11/10). "Tapi, itu kan tergantung berapa nilainya. Dilihat keekonomiannya, masih masuk atau enggak. Dan jangan dianggap gas itu semuanya ada C3-C4," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Emas Menguat Setelah Data Inflasi AS Lebih Rendah Dari Ekspektasi
TikTok Diblokir Mulai 19 Januari 2025, Pengguna AS Beralih
WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Openspace Himpun Dana US$165 Juta, Siap Perluas Investasi Startup
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers