Inflasi AS Sulit Turun Sebab Gen Z & Milenial Doyan Belanja

Inflasi AS per Januari mencapai 6,4 persen.

Inflasi AS Sulit Turun Sebab Gen Z & Milenial Doyan Belanja
Warga memakai payung sambil menyebrangi jalan di New York, Amerika Serikat, Selasa (26/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Caitlin Ochs/aww/cfo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perekonomian Amerika Serikat tengah menghadapi tekanan inflasi tinggi, dan upaya pemerintah negara tersebut untuk menurunkan harga barang sepertinya terganjal perilaku belanja konsumen, terutama dari milenial dan gen Z.

Terlepas dari ketakutan terhadap inflasi dan resesi, lansir Fortune.com, Rabu (15/2), warga AS tetap saja membelanjakan dananya dalam setahun terakhir. Aktivitas tersebut menjaga roda bisnis tetap berputar, dan orang-orang terhindar dari jerat pengangguran. Tingkat konsumsi warga AS masih tinggi meskipun orang-orang cenderung berhemat selama krisis Covid. 

Namun, hasrat masyarakat AS untuk tetap berbelanja ini menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, perekonomian tetap terjaga dengan stabil, tapi di sisi lain terjadi peningkatan inflasi dan kenaikan harga bahkan pada tahun-tahun mendatang,

Laporan dari McKinsey menunjukan ketika inflasi AS telah mencapai 8,5 persen pada Maret 2022, dan Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan untuk mengerem konsumsi, tingkat belanja konsumen masih 18 persen lebih tinggi ketimbang Maret 2020.

Bahkan, jika dibandingkan pada masa sebelum Covid, tingkat belanja masyarakat AS masih lebih tinggi 12 persen.

Menurut data dari Trading Economics, tingkat inflasi AS pada Januari tahun ini mencapai 6,4 persen. Padahal, Fed memiliki target untuk menurunkan indeks harga konsumen pada kisaran 2 persen.

Bonus demografi

Ilustrasi : inflasi Amerika Serikat (Dok. Shutterstock)

Chief Investement Officer Smead Capital Management, Bill Smead, mensinyalir inflasi yang masih membubung berkenaan dengan struktur demografi warga Amerika Serikat.

Dia mengutip data yang menunjukkan hampir 100 juta orang AS berada pada usia yang cenderung jor-joran membelanjakan uang.

“Ada 92 juta orang [berusia] 22–42, dan mereka semua akan menghabiskan uangnya untuk kebutuhan 10 tahun mendatang," kata Smead dalam wawancara dengan CNBC.

Menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja pada 2021, hampir 70 juta warga AS berusia 19–35, sedangkan sekitar 150 juta lainnya—hampir separuh dari populasi AS—berusia 19–54. Sementara, pengeluaran untuk makanan, perumahan, pakaian, dan transportasi meningkat paling tinggi pada warga berusia 25–54.

Kenaikan tersebut dianggap lazim karena kondisi tersebut beriringan dengan pendapatan mereka yang turut naik. 

Generasi Milenial dan sebagian besar anggota generasi X disinyalir masih berada di puncak pengeluarannya, dan banyak yang akan terus berlaku begitu dalam dekade berikutnya. 

Menyulitkan inflasi

ilustrasi bendera Amerika Serikat (pexels.com/Markus Winkler)

Menurut Smead, dengan masih berlangsungnya belanja skala besar seperti pembelian rumah, gejolak dalam perekonomian AS belum akan mereda. Dengan begitu, tujuan jangka panjang bank sentral AS untuk menggerus inflasi akan lebih sulit dicapai. 

Ini bukan pertama kalinya Smead menyalahkan generasi muda atas tingginya inflasi AS. Musim panas lalu, ketika inflasi secara konsisten memecahkan rekor 40 tahun, Smead mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNBC bahwa "terlalu banyak orang dengan terlalu banyak uang mengejar terlalu sedikit barang". Menurutnya, itulah penyebab inflasi yang sesungguhnya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024