Jakarta, FORTUNE - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa varian baru COVID-19 Omicron berisiko tinggi untuk menyebar secara internasional serta dapat memicu lonjakan kasus yang tinggi. Lembaga tersebut mewanti-wanti bahwa terdapat kemungkinan konsekuensi yang parah.
Menurut lembaga tersebut, memang ada “ketidakpastian yang cukup besar" tentang Omicron. Namun, ditemukan bukti awal yang mengindikasikan kemungkinan bahwa varian COVID-19 tersebut memiliki mutasi yang dapat membantu menghindari respons sistem kekebalan tubuh. Selain itu, kemampuan penyebarannya diproyeksi lebih tinggi.
“Bergantung pada karakteristik ini, mungkin ada lonjakan COVID-19 di masa depan, yang dapat memiliki konsekuensi parah, tergantung pada sejumlah faktor, termasuk di mana lonjakan dapat terjadi,” demikian pernyataan WHO seperti dikutip dari Associated Press, Selasa (30/11). "Risiko global secara keseluruhan dinilai sangat tinggi."
Pernyataan WHO itu dimuat dalam makalah teknis yang ditujukan pada 194 negara anggotanya. Hal itu diyakini sebagai peringatan terkuat dan paling eksplisit dari WHO tentang Omicron.
Melansir Reuters, varian Omicron atau B.1.1.529 pertama kali dilaporkan muncul pada Rabu (24/11) di Afrika Selatan. Sejak saat itu, telah menyebar ke lebih dari selusin negara, dan banyak di antaranya telah memberlakukan kembali pembatasan perjalanan internasional.
Jepang, misalnya, mengumumkan akan melarang masuknya semua pengunjung asing. Maroko juga akan menerapkan hal serupa. Sementara, negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS) dan anggota Uni Eropa, telah melarang para pelancong yang datang dari Afrika selatan.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, menambahkan kemunculan Omicron menunjukkan betapa situasi saat ini berbahaya dan genting. Menurutnya, varian baru COVID-19 tersebut menunjukkan urgensi dunia membutuhkan kesepakatan baru tentang pandemi.
“Banyak dari kita mungkin berpikir kita sudah selesai dengan COVID-19. Tapi itu belum selesai dengan kami, ” kata Tedros.
Antisipasi, percepatan vaksinasi
WHO menegaskan bahwa negara-negara dunia harus menggunakan pendekatan berbasis risiko untuk menyesuaiakan kebijakan perjalanan internasionalnya. Mereka juga harus mengantisipasi bahwa peningkatan kasus virus COVID-19 dapat menyebabkan tingkat keparahan penyakit serta kematian yang lebih tinggi.
“Dampaknya pada populasi yang rentan akan sangat besar, terutama di negara-negara dengan cakupan vaksinasi yang rendah,” katanya. Karena itu, lembaga ini juga mendesak 194 negara anggotanya untuk mempercepat vaksinasi terutama pada kelompok prioritas.
Menurut lembaga tersebut, sampai saat ini memang belum ada laporan kasus kematian COVID-19 yang terkait dengan Omicron. Meski begitu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai potensi varian COVID-19 tersebut terhadap kekebalan dari vaksin maupun infeksi sebelumnya.
Secara keseluruhan, kata WHO, ada ketidakpastian yang cukup besar dalam besarnya potensi menghilangnya kekebalan akibat Omicron.