Jakarta, FORTUNE - Tiga ekonom asal Amerika Serikat (AS) diganjar Hadiah Nobel bidang ekonomi berkat sumbangsihnya pada penelitian ihwal sektor tenaga kerja.
Seperti dikutip dari Fortune.com, ketiga akademisi itu ialah David Card dari University of California Berkeley, Joshua D. Angrist dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan Guido W. Imbens dari Stanford University.
Mereka memiliki spesialisasi dalam menggunakan metode eksperimen acak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting di tengah masyarakat. David Card, misalnya, menggunakan pendekatan tersebut untuk meneliti perekonomian tenaga kerja seperti dampak kebijakan upah minimum serta imigrasi.
“Saya sangat senang bisa berbagi hadiah,” kata Imbens, yang berasal dari Belanda, Senin (11/10). “Saya sangat beruntung memiliki banyak rekan kerja hebat yang melakukan pekerjaan yang sangat menarik.”
Penghargaan ini seiring dengan fokus dunia akademik dalam menerapkan disiplin ekonomi secara nyata dalam kehidupan manusia selama beberapa tahun terakhir. Paul Milgrom dan Robert B. Wilson dari Stanford University, misalnya—pemenang pada 2020—menemukan format lelang baru yang digunakan dalam frekuensi ponsel.
Sebagi informasi, pemenang hadiah ekonomi tersebut akan berbagi hadiah uang sekitar AS$1,1 juta atau lebih dari Rp16 miliar. David Card akan beroleh setengahnya dan sisanya akan dibagi kepada dua peraih penghargaan lainnya.
Dari Fisika sampai Sastra
Hadiah Nobel merupakan penghargaan internasional tahunan yang diberikan kepada para individu dengan pencapaian luar biasa dalam berbagai bidang seperti fisika, kimia, fisiologi atau kedokteran, sastra, perdamaian, dan ekonomi.
Hadiah Nobel diberikan kali pertama pada 1901 atas kehendak Alfred Nobel, penemu dinamit di Swedia. Penghargaan di bidang ekonomi baru dimulai pada 1968 oleh Bank Swedia. Beberapa ekonom populer yang mendapat hadiah ini di antaranya Amartya Sen, Wilton Friedman, dan Paul Krugman.
Tahun ini, penghargaan dalam bidang fisika diberikan kepada Syukuro Manabe dan Klaus Hassleman atas kontribusinya melakukan permodelan fisik ilklim bumi dan meramalkan pemanasan global. Penghargaan yang sama juga diberikan kepada Giorgio Parisi atas penemuan interaksi ketidakteraturan dan fluktuasi dalam sistem fisik dari skala atom ke planet.
Nobel Kimia 2021 diberikan kepada Benjamin List Dan David Macmillan. Sedangkan, untuk bidang fisiologi atau kedokteran, penghargaan nobel diberikan kepada David Julius dan Ardem Patapoutian.
Berikutnya, penghargaan nobel untuk sastra diberikan kepada Abdulrazak Gurnah, seorang novelis asal Tanzania. Abdulrazak dinilai layak karena pandangannya yang "welas asih terhadap efek kolonialisme dan nasib para pengungsi”.
Lantas, Nobel Perdamaian 2021 diberikan kepada Maria Ressa dan Dmitry Muratov—keduanya sama-sama jurnalis. Mereka dinilai berkontribusi dalam upaya menjaga kebebasan berekspresi, yang merupakan prasyarat bagi demokrasi dan perdamaian abadi.