Jakarta, FORTUNE – Founder OpenExO dan penulis buku Exponential Organizations, Salim Ismail, memuji PT PLN (Persero) yang melakukan inovasi serta efisiensi dengan menjadikan digitalisasi sebagai pondasinya.
Seperti diketahui, PLN melakukan transformasi digital yang mencakup berbagai aspek, dari pembangkitan, transmisi, distribusi, sistem perencanaan, sistem keuangan, sistem pembayaran, sistem pengadaan, hingga ke sistem pelayanan pelanggan.
“Saya benar-benar memuji ambisi dan kepemimpinan di jajaran PLN untuk memulai model transformasi digital. Karena itu berhubungan dengan masa depan, jadi mari kita sambut dengan baik,” ujar Salim Ismail saat menjadi pembicara Joint Executive Leadership Training PLN yang bertajuk ‘Shaping The Future: The New Energy Paradigm & The Power of Digital Transformation’ di Jakarta, Senin (26/8).
Salim Ismail yang juga merupakan Founding Executive Director Singularity University menambahkan bahwa perusahaan yang sukses di abad ke-20 adalah perusahaan yang berfokus pada efisiensi dan prediktabilitas.
“Karakteristik kesuksesan utama baik bagi perusahaan maupun organisasi adalah kelincahan, adaptabilitas, fleksibilitas, dan kecepatan. Menurut saya, itulah transformasi yang perlu terjadi. Dan tampaknya PLN sangat tertarik pada kerangka berpikir tersebut,” ujarnya.
Transformasi yang dilakukan PLN
Salim Ismail juga menjabarkan beberapa karakteristik yang harus dikembangkan untuk perusahaan energi Indonesia agar terus tumbuh, yakni menjadi lebih gesit dan fleksibel.
“Menurut saya, ada peluang luar biasa bagi PLN untuk menciptakan komunitas. Dalam hal menghasilkan ide-ide baru atau menemukan solusi berbeda untuk masalah energi, kita dapat menguji hal-hal tersebut dengan berbagai kelompok pelanggan untuk melihat apa yang berhasil dan apa yang tidak,” tambahnya.
Selain itu, Salim Ismail mengatakan bahwa sangat penting bagi perusahaan untuk terus menjalankan eksperimen dan terus menguji premis dan asumsi.
“Jadi, ada peluang luar biasa bagi PLN untuk mengatakan inilah masalahnya. Kemudian definisikan masalahnya, lalu biarkan komunitas mencoba menyelesaikan masalah tersebut,” katanya.
PLN pun akhirnya bertransformasi menjadi perusahaan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan zaman dan disrupsi teknologi melalui digitalisasi. Apalagi, sebagai perusahaan dengan jumlah pelanggan lebih dari 85 juta tersebut, PLN dituntut dapat menjawab kebutuhan pelanggan yang serba cepat. Salah satu hasil dari transformasi ini adalah lahirnya aplikasi New PLN Mobile.
“Kini, dengan transformasi digital yang dilakukan, PLN Mobile telah di-download lebih dari 50 juta pengguna dan rating mencapai 4,9 dari skala 5. Hal ini menjadi bukti nyata transformasi yang dilakukan PLN telah menjelma menjadi salah satu perusahaan pelayanan publik terbaik di Asia, bahkan dunia,” ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo.
Peran big data dan AI dalam mengoptimalkan efisiensi energi
Salim Ismail juga menguraikan bahwa peran big data dan teknologi artificial intelligence (AI) mampu membantu dalam memprediksi permintaan energi, emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan penawaran energi hijau.
Sebagai contoh, ia menjabarkan bahwa Google menjalankan eksperimen yang sangat terkenal dan menjalankan algoritma pembelajaran mendalam untuk mengelola tingkat energi di berbagai bangunan milik Google. Hanya dengan sistem pembelajaran mendalam itu, mereka mampu menghemat hingga 40 persen dari biaya energi secara keseluruhan.
“Jadi, jika saya memikirkan penerapan sistem semacam itu di seluruh jaringan listrik, kemampuan AI untuk mengoptimalkan aliran energi di seluruh jaringan sangat luar biasa, jauh lebih baik daripada yang bisa ditangani oleh manusia. Menurut saya, ada beberapa peluang luar biasa untuk menggunakan AI dalam manajemen transmisi, penyeimbangan beban energi, dan bahkan pada tingkat generasi,” urai Salim Ismail.
Senada dengan hal tersebut, Darmawan mengatakan bahwa PLN merespons agenda transformasi digital dengan serius.
“Dulu kita hanya fokus pada penyediaan listrik. Dalam proses tersebut, ada fenomena pemanasan global, perkembangan teknologi, hingga kondisi geopolitik. Tugas PLN ke ke depan bukan hanya menyediakan listrik, tetapi juga berperan mengurangi emisi,” katanya.
Darmawan juga menjelaskan bahwa PLN mulai menghapus sekitar 13 gigawatt pembangkit listrik tenaga uap berbasis batu bara sejak empat tahun lalu. PLN pun telah meluncurkan program Net Zero Emission yang ditargetkan tercapai pada 2060.
“Jika kita melanjutkan bisnis seperti biasa, emisi gas rumah kaca kita akan naik menjadi 1 miliar ton per tahun pada 2060, terutama dari sektor kelistrikan. Namun, dengan Net Zero Emission, kita dapat menurunkan emisi tersebut hingga mencapai nol,” katanya. (WEB)