Jakarta, FORTUNE - Investing in ASEAN (2023) mencatat sejak pendirian ASEAN di Bangkok pada 1967, negara-negara di kawasan Asia Tenggara telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang hampir ajeg. Bahkan setelah mengatasi situasi krisis global 2008, Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN tumbuh stabil di kisaran 5,7 persen per tahun hingga mencapai US$3,2 triliun pada 2019, sebelum pandemi Covid-19 melanda.
“ASEAN adalah Kawasan yang berhasil mempertahankan stabilitas dalam 20 tahun terakhir, sementara terjadi ketidakstabilan geopolitik di Eropa, dan belakangan juga Timur Tengah,” demikian pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam dalam UOB Gateway to ASEAN Conference 2023, ASEAN Forging Ahead di Raffles Hotel, Jakarta, Rabu, (11/10).
Nilai total perdagangan barang dagangan di kawasan ASEAN juga berhasil mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu sebesar USD3.8 triliun pada tahun 2022 atau meningkat sebesar 14,9% dari USD3.3 triliun dari tahun 2021. Arus masuk FDI juga mencatat rekor tertinggi sepanjang masa yakni sebesar USD224.2 miliar pada tahun 2022 atau meningkat 5,5% dari USD212.4 miliar dari tahun 2021.
Tantangan berikutnya, kata Airlangga, adalah bagaimana kawasan ini dapat terus tumbuh secara berkelanjutan. "Indonesia telah berhasil menjadi Ketua ASEAN pada tahun 2023, di mana negara-negara anggota telah menegaskan komitmen untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi global di masa depan," ujarnya.
Kunci Kekuatan ASEAN
Airlangga menyebut, ASEAN telah mencapai sejumlah pencapaian positif. Negara-negara anggotanya pun berhasil memperlihatkan ketahanan yang relatif kokoh meskipun menghadapi kondisi eksternal yang tidak mudah.
Hal ini, kata Airlangga, disebabkan oleh dua faktor utama yang membuat ASEAN resilien di antara wilayah yang lainnya. Pertama, pertumbuhan ekonomi ASEAN yang didorong oleh tingkat konsumsi domestik, perdagangan, dan investasi yang tinggi.
"Pertumbuhan ekonomi ASEAN mencapai 5,6% pada tahun 2022 dan diperkirakan sebesar 4,2% untuk tahun 2023, naik menjadi 4,5% pada tahun 2024, dikutip dari IMF Oktober 2023," ujarnya.
Kedua, efek permintaan di negara-negara mitra utama ASEAN yang meningkat. Ini mendorong pertumbuhan ekspor, wisata, dan arus modal.
Karenanya, pemerintah mendorong swasta untuk berkontribusi pada agenda global. Sektor swasta ASEAN harus bekerja sama dengan dewan bisnis lainnya untuk menjajaki potensi kolaborasi. Sektor swasta ASEAN juga harus menerapkan model bisnis inklusif, dan memaksimalkan hubungan pembangunan ekonomi lokal, termasuk dengan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).