Jakarta, FORTUNE - Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menyatakan konsumsi rokok mengurangi belanja kebutuhan pokok rumah tangga.
Hal tersebut disampaikan CISDI dalam peluncuran dua riset terbaru bertajuk Efek Crowding-out Konsumsi Tembakau di Indonesia dan Efek Kemiskinan Akibat Konsumsi Tembakau di Indonesia.
Riset Efek Crowding-out Konsumsi Tembakau di Indonesia mencatat, rata-rata keluarga dan rumah tangga menggunakan 10,89 persen anggaran bulanan untuk membeli rokok. CISDI menyebut, rumah tangga dengan perokok rata-rata lebih mengurangi anggaran belanja untuk kebutuhan.
“Dengan kata lain, keluarga perokok mengurangi anggaran rumah tangga untuk komoditas lain, seperti makanan, pakaian, pendidikan, hingga kesehatan untuk membeli rokok,” tutur I Dewa Gede Karma Wisana, selaku Principal Investigator riset CISDI melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (31/8).
Anggaran rokok di keluarga ciptakan ilusi kesejahteraan
Dewa menjelaskan berkurangnya belanja kebutuhan pokok rumah tangga akibat belanja rokok disebut efek crowding-out. Bahkan, anggaran rokok tersebut menciptakan ilusi kesejahteraan bagi 8,8 juta penduduk miskin.
Sebab, uang yang sepatutnya dipakai untuk kebutuhan pokok hanya menjadi ilusi lantaran telah dihamburkan untuk rokok. Kehadiran efek ini berdampak buruk terhadap rumah tangga.
“Riset kami menunjukkan, rumah tangga dengan pengeluaran untuk rokok cenderung memiliki asupan kalori harian lebih rendah, dibandingkan yang lain,” tutur Dewa.
Ada penurunan belanja rokok di rumah tangga
Meski demikian, simulasi CISDI juga menunjukkan adanya penurunan rata-rata belanja bulanan rokok di rumah tangga sebesar 50 persen dari Rp407.285 menjadi Rp203.643.
Penurunan ini berpotensi tingkatkan belanja kebutuhan pokok, seperti beras, sebesar 14 persen menjadi Rp338.142. “Singkatnya, mengurangi belanja rokok akan tingkatkan anggaran untuk pemenuhan nutrisi dan kebutuhan pokok lain yang dapat dinikmati seluruh anggota keluarga,” tutur Dewa.
Tak hanya itu, pengurangan konsumsi tembakau di rumah tangga juga menekankan distorsi angka kemiskinan. Oleh karena itu, riset ini menunjukkan bahwa upaya pengendalian tembakau dapat berdampak positif pada upaya penanganan kemiskinan di Indonesia.