Riset: Konsumsi Rokok Gerogoti 10,8% Anggaran Belanja Rumah Tangga

Anggaran rokok di keluarga ciptakan ilusi kesejahteraan.

Riset: Konsumsi Rokok Gerogoti 10,8% Anggaran Belanja Rumah Tangga
Ilustrasi Rokok/Shutterstock Joyotejo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menyatakan konsumsi rokok mengurangi belanja kebutuhan pokok rumah tangga. 

Hal tersebut disampaikan CISDI dalam peluncuran dua riset terbaru bertajuk Efek Crowding-out Konsumsi Tembakau di Indonesia dan Efek Kemiskinan Akibat Konsumsi Tembakau di Indonesia. 

Riset Efek Crowding-out Konsumsi Tembakau di Indonesia mencatat, rata-rata keluarga dan rumah tangga menggunakan 10,89 persen anggaran bulanan untuk membeli rokok. CISDI menyebut, rumah tangga dengan perokok rata-rata lebih mengurangi anggaran belanja untuk kebutuhan. 

“Dengan kata lain, keluarga perokok mengurangi anggaran rumah tangga untuk komoditas lain, seperti makanan, pakaian, pendidikan, hingga kesehatan untuk membeli rokok,” tutur I Dewa Gede Karma Wisana, selaku Principal Investigator riset CISDI melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (31/8). 

Anggaran rokok di keluarga ciptakan ilusi kesejahteraan

Ilustrasi Perokok/Shutterstock Gandi Purwandi

Dewa menjelaskan berkurangnya belanja kebutuhan pokok rumah tangga akibat belanja rokok disebut efek crowding-out. Bahkan, anggaran rokok tersebut menciptakan ilusi kesejahteraan bagi 8,8 juta penduduk miskin. 

Sebab, uang yang sepatutnya dipakai untuk kebutuhan pokok hanya menjadi ilusi lantaran telah dihamburkan untuk rokok. Kehadiran efek ini berdampak buruk terhadap rumah tangga. 

“Riset kami menunjukkan, rumah tangga dengan pengeluaran untuk rokok cenderung memiliki asupan kalori harian lebih rendah, dibandingkan yang lain,” tutur Dewa. 

Ada penurunan belanja rokok di rumah tangga

Ilustrasi pengasuhan anak atau parenting. Shutterstock/fizkes

Meski demikian, simulasi CISDI juga menunjukkan adanya penurunan rata-rata belanja bulanan rokok di rumah tangga sebesar 50 persen dari Rp407.285 menjadi Rp203.643. 

Penurunan ini berpotensi tingkatkan belanja kebutuhan pokok, seperti beras, sebesar 14 persen menjadi Rp338.142. “Singkatnya, mengurangi belanja rokok akan tingkatkan anggaran untuk pemenuhan nutrisi dan kebutuhan pokok lain yang dapat dinikmati seluruh anggota keluarga,” tutur Dewa. 

Tak hanya itu, pengurangan konsumsi tembakau di rumah tangga juga menekankan distorsi angka kemiskinan. Oleh karena itu, riset ini menunjukkan bahwa upaya pengendalian tembakau dapat berdampak positif pada upaya penanganan kemiskinan di Indonesia.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024