Utang Luar Negeri RI Naik Tipis jadi Rp6.068 Triliun, Ini Pemicunya

Ini fokus penggunaan utang pemerintah.

Utang Luar Negeri RI Naik Tipis jadi Rp6.068 Triliun, Ini Pemicunya
ilustrasi bendera Indonesia (unsplash.com/Anggit Rizkianto)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia (BI) mencatat posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2023 sebesar US$392,2 miliar atau sekitar Rp6.068 triliun atau naik tipis 0,6 persen secara year on year (yoy). Kenaikan tersebut utamanya dipicu oleh utang sektor Pemerintah yang masih naik secara tahunan.

“Secara tahunan, ULN pemerintah tumbuh sebesar 3,0 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 3,3 persen (yoy),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (15/12).

Tercatat, posisi ULN pemerintah pada Oktober 2023 sebesar US$185,1 miliar. Posisi ULN pemerintah terutama dipengaruhi oleh perpindahan penempatan dana investor nonresiden pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen lain seiring dengan volatilitas di pasar keuangan global yang meningkat.

Ini fokus penggunaan utang pemerintah

Presiden Jokowi saat memberikan pengarahan pada para kepala daerah, di Istana Negara. (dok. Setkab)

Erwin menjelaskan, pemanfaatan ULN pada Oktober 2023 masih diutamakan untuk mendukung belanja prioritas Pemerintah dan perlindungan masyarakat, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.

Dukungan tersebut mencakup antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 23,8 persen dari total ULN pemerintah, administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 18,4 persen, jasa pendidikan 16,7 persen, konstruksi 14,2 persen, serta jasa keuangan dan asuransi sebesar 10 persen.

“Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah,” jelas Erwin.

Utang swasta turun 2,5%

ilustrasi pekerja BUMS (unsplash.com/Mimi Thian)

Sementara itum untuk posisi ULN swasta pada Oktober 2023 tercatat sebesar US$196,9 miliar. Secara tahunan, ULN swasta kembali mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,5 persen (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan lalu sebesar 3,5 persen (yoy).

Erwin menjelaskan, kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 2,4 persen (yoy) dan 2,5 persen (yoy).

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan; jasa keuangan dan asuransi; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 78,6 persen dari total ULN swasta. ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 74,6 persen terhadap total ULN swasta.

Dengan demikian, bank sentral menilai ULN Indonesia pada Oktober 2023 tetap terkendali sebagaimana tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 28,7 persen, dari 28,9 persen pada bulan sebelumnya. Selain itu secara total utang juga didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,8 persen dari total ULN.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya