Bagaimana Cara Wujudkan Bisnis Rantai Pasok Berkelanjutan?

Rantai pasokan berteknologi tinggi bisa membahayakan iklim.

Bagaimana Cara Wujudkan Bisnis Rantai Pasok Berkelanjutan?
Shutterstock/Wright Studio
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bisnis rantai pasokan berteknologi tinggi global terjebak dalam pergolakan krisis besar dalam jangka pendek. Bahkan, dalam jangka panjang, hal itu juga berkontribusi besar terhadap fenomena bencana perubahan iklim dunia.

Ambil contoh, Tecsys—perusahaan perangkat lunak rantai pasokan yang mengirim paket menggunakan ratusan truk ke seluruh konsumen internasional. Menurut Presiden dan CEO Tecsys, Peter Brereton, fenomena itu merupakan bencana bagi lingkungan.

Mengapa demikan? sebab emisi gas yang ditimbulkan akibat kegiatan tersebut tinggi. “Dari sudut pandang emisi gas rumah kaca, sebetulnya rantai pasokan jauh lebih efisien 20 tahun lalu. Ketika pabrik mengirim truk, distributor menerima palet dan mengantarnya ke peritel, lalu konsumen membelinya di sana,” jelas Brereton dalam acara virtual mengenai teknologi ramah lingkungan, dikutip dari Fortune.com, Kamis (9/12).

Mempersingkat Rantai Pasokan

Lantas, bagaimana cara untuk menekan emisi gas dari sektor rantai pasokan global berteknologi tinggi? Menurut Brereton, jawabannya adalah memperpendek operasional rantai pasokan. Hilangkan proses pengiriman yang tak penting sehingga terjadi efisiensi penggunaan energi.

“Saya pikir itulah yang akhirnya bisa membuat sejumlah tujuan lain jauh lebih mungkin dicapai," ujarnya menambahkan. 

Menciptakan Daya Beli Energi Hijau

Sementara itu, CEO Bank of America, Brian Moynihan mengungkapkan, setiap inisiasi energi niremisi selalu disertai oleh biaya tambahan bagi perusahaan dan pelanggan.

“Secara efektif, itu merupakan pajak karbon internal. Jadi bagaimana Anda menciptakan daya beli? Melahirkan permintaan?” kata Moynihan.

Mulai menggunakan sumber energi terbarukan termasuk salah satu cara untuk mendorong daya beli. Misalnya, transisi sumber listrik di Bank of America.

"Kami dapat melakukannya. Itu tak begitu banyak mengubah pengeluaran tahunan kami sebesar US$50 miliar atau US$60 miliar—dan itu dapat meningkatkan daya beli,” ujarnya

Terpenting, siklus permintaan menurutnya juga harus diciptakan dengan melibatkan semua sektor. Bukan hanya perusahaan besar atau perusahaan publik, melainkan semua pihak.

Meningkatkan Upah Pekerja Front Liner

Catherine Von Burg, CEO SimpliPhi Power--perusahaan penyimpanan energi— berpendapat, membeli energi terbarukan merupakan hal baru bagi banyak konsumen. Termasuk para pekerja yang memperoleh upah minimum atau rendah.

“Menurut saya, sebagai perusahaan kita perlu membuktikan bahwa Anda bisa membayar upah dengan layak, menutup kesenjangan antara CEO, manajemen level C, dan gaji pekerja garis depan di sektor manufaktur,” ujar Von Burg.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil