Bank Mandiri: Selisih Impor Garmen Cina Rp4,2 T pada Semester I-2024

Dari 2004, akumulasi selisih impor garmen Cina capai Rp166 T

Bank Mandiri: Selisih Impor Garmen Cina Rp4,2 T pada Semester I-2024
Pakaian impor bekas. (ANTARA FOTO/Fauzan)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Tim ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menyoroti selisih nilai Impor garmen dari Cina ke Indonesia yang berjumlah US$265 juta (sektiar Rp4,22 triliun) pada enam bulan pertama 2024, yang berpotensi sebagai impor ilegal. Pemerintah diminta menelusurinya.

Data itu diambil dan diolah dari situs web Trade Map, yang menunjukkan adanya perbedaan data antara kedua negara. Hal tersebut mengindikasikan adanya impor produk garmen tidak tercatat di Indonesia.

"Kalau lihat angka ini, jumlahnya relatif besar sekali, itu sekitar dua kali lipat dari impor yang tercatat oleh BPS," kata Department Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani, dikutip Kamis (21/11). "Ini sebetulnya pertanyaan besar: kenapa ada impor yang tidak tercatat?"

Dugaan sementara, itu terjadi karena beberapa hal seperti impor ilegal atau penyelundupan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Jika tidak ditindak, maka problem tersebut berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Untuk itulah, tim ekonom Bank Mandiri meminta regulator menyelidikinya.

"Otoritas yang mengawasi cross border trade, saya pikir ini harus sangat serius menangani ini, dari Bea Cukai, Bekamla, atau mungkin Angkatan Laut yang menjaga perbatasan," kata Dendi.

Apalagi, berdasarkan data Bank Mandiri, sejak 2004, selalu ada selisih impor produk garmen dari Cina ke Indonesia dengan nilai beragam. Bila diakumulasi dari 2004 sampai enam bulan awal 2024, nilainya mencapai US$10,43 miliar (sekitar Rp166,09 triliun). 

Berikut ini detail dari impor produk garmen dari Cina yang tidak tercatat di Indonesia dari tahun ke tahun, dilansir dari presentasi Bank Mandiri (20/11):

  • 2004: US$102 juta.
  • 2005: US$63 juta.
  • 2006: US$70 juta.
  • 2007: US$198 juta.
  • 2008: US$252 juta.
  • 2009: US$130 juta.
  • 2010: US$213 juta.
  • 2011: US$323 juta.
  • 2012: US$1,19 miliar.
  • 2013: US$1,13 miliar.
  • 2014: US$1,17 miliar.
  • 2015: US$708 juta.
  • 2016: US$476 juta.
  • 2017: US$374 juta.
  • 2018: US$201 juta.
  • 2019: US$334 juta.
  • 2020: US$404 juta.
  • 2021: US$1,16 miliar.
  • 2022: US$1,09 miliar.
  • 2023: US$560 juta.
  • 2024 (6 bulan awal): US$265 juta.

Selain garmen, impor produk tekstil dari Cina yang tidak tercatat pun relatif besar. Pada enam bulan pertama 2024, selisihnya mencapai US$469 juta (sekitar Rp7,47 triliun). Secara akumulatif (2004–enam bulan awal 2024), nilainya US$13,84 miliar (sekitar Rp220,51 triliun).

Sejak 2004 sampai dengan tahun ini, berikut adalah nilai impor tekstil tidak tercatat dari Cina ke Indonesia: 

  • 2004: US$321 juta
  • 2005: US$485 juta.
  • 2006: US$702 juta.
  • 2007: US$889 juta.
  • 2008: US$548 juta.
  • 2009: US$380 juta.
  • 2010: US$448 juta.
  • 2011: US$664 juta.
  • 2012: US$769 juta.
  • 2013: US$732 juta.
  • 2014: US$988 juta.
  • 2015: US$744 juta.
  • 2016: US$702 juta.
  • 2017: US$559 juta.
  • 2018: US$777 juta.
  • 2019: US$789 juta.
  • 2020: US$302 juta.
  • 2021: US$636 juta.
  • 2022: US$1,03 miliar.
  • 2023: US$910 juta.
  • 2024 (6 bulan awal): US$469 juta.

Hippindo soal data potensi impor ilegal Cina ke Indonesia

Sebagai perbandingan, pada Juli lalu Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) memperkirakan produk impor ilegal dari Cina ke Indonesia bernilai US$1,4 miliar, berdasarkan data dari International Trade Center (ITC).

Pada 2004–2023, terdapat selisih antara data impor Cina di BPS dan ITC. Pada 2004 misalnya, ITC mencatat barang Cina yang masuk ke Indonesia bernilai US$46,4 juta, sedangkan BPS hanya melaporkan nilai US$1,8 juta.

Lalu pada 2012, ITC mencatatkan nilai ekspor Cina ke dalam negeri bernilai US$1,08 miliar, sedangkan data yang tercatat di BPS hanya US$80,9 juta. Hal yang sama terjadi pada 2020, yakni US$269,5 juta (ITC) berbanding US$118,8 juta (BPS).

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Apa itu Review? Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Cara Membuatnya
AMDAL Jadi Kendala, Proyek Pabrik Chandra Asri Tertunda
Siapa Pemilik Le Minerale? Ini Profilnya
Ancam Mogok Kerja 2 Hari, KSPI Tolak Wacana PPN 12 Persen
7 Cara Memulai Bisnis Franchise Makanan untuk Pemula
Berapa Gaji Tukang Parkir Pesawat atau Marshaller? Ini Kisarannya