Jakarta, FORTUNE - Setelah 1,5 juta dosis vaksin Pfizer mendarat di Indonesia pada Kamis (19/8), negeri ini jadi memiliki dua vaksin mRNA, dengan Moderna sebagai yang pertama.
Lewat skema pembelian langsung, 1.560.780 dosis vaksin Pfizer siap didistribusikan ke seluruh provinsi. “Diharapkan, hingga akhir tahun ini, kita mendapatkan 50 juta dosis Pfizer,” ujar Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan resmi, Jumat (20/8).
Sebelumnya, Indonesia telah memiliki 8.000.160 vaksin Moderna per Senin (16/9), demikian pernyataan Juru Bicara Pemerintah dalam urusan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro.
Dengan begitu, kini masyarakat memiliki dua pilihan vaksin mRNA. Pertanyaannya, apakah Pfizer dan Moderna dapat disuntikkan ke semua usia, termasuk anak dengan rentang usia 12 hingga 18?
1. Masih difokuskan untuk masyarakat di atas 18 tahun
Untuk saat ini, Pfizer dan Moderna diperuntukkan untuk masyarakat berumur di atas 18.
Kepada Fortune Indonesia, Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi berujar, “sampai saat ini, rencana (pemberian vaksin Pfizer) untuk masyarakat 18 tahun ke atas dan ibu hamil.”
Menurut Nadia, vaksin Moderna dosis satu dan dua juga belum dapat diberikan kepada anak di bawah 18 tahun sebab belum ada izin penyuntikkan vaksin Pfizer dan Moderna untuk anak di Indonesia hingga saat ini.
Berdasar rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization/ITAGI), baru Sinovac saja yang boleh diberikan kepada anak. Dosisnya 0,5 ml dengan dua kali injeksi dan interval minimal 28 hari.
Ditanya menyoal potensi penggunaan Moderna dan Pfizer untuk anak-anak di Indonesia ke depannya, Nadia menjawab, “kita tunggu rekomendasi ITAGI.”
2. Negara-negara yang izinkan Moderna dan Pfizer untuk anak
Berbeda dengan Indonesia, sejumlah negara telah mengizinkan pemberian Moderna dan Pfizer untuk anak usia 12 hingga 18. Negara apa saja?
Yunani, misalnya. Negara itu mengizinkan anak 12 hingga 15 tahun menerima vaksin Pfizer atau Moderna. Dengan begitu, vaksinasi untuk remaja di negara itu semakin meluas.
Begitu pula dengan Brasil yang memberi lampu hijau menyoal penggunaan Pfizer untuk anak di atas 12 tahun. Brazilian Health Regulatory Agency (Anvisa) melakukan itu berdasar penelitian yang membuktikan keamanan dan kemanjuran vaksin untuk generasi muda.
Badan Pengawasan Obat Eropa (EMA) pun merekomendasikan Pfizer untuk remaja pada 23 Juli 2021, mendorong negara di wilayah itu menggunakan vaksin mRNA tersebut.
Mengutip studi klinis terhadap 3.700 anak berusia 12 hingga 17 di Eropa, Moderna melahirkan reaksi antibodi dan aman—seperti layaknya penggunaan pada orang dewasa.
Inggris Raya juga telah mengizinkan pemakaian vaksin Moderna untuk anak 12 hingga 17 tahun. Begitu juga Irlandia Utara.
3. Tingkat efikasi dan dosis Moderna dan Pfizer
Bicara soal kemanjuran, tingkat efikasi vaksin mRNA seperti Moderna dan Pfizer tergolong tinggi. Merujuk pada pernyataan dr. Sepriani Timurtini Limbong, efikasi merupakan penurunan kejadian penyakit pada kelompok manusia yang divaksinasi.
Menurut BPOM, efikasi Pfizer bagi kelompok usia 12-15 mencapai 100 persen; bagi usia di atas 16 mencapai 95,5 persen. Pfizer mesti diberikan 2 kali (0,5 ml per injeksi) dengan interval 21 hari.
Untuk Moderna, tingkat efikasinya mencapai 94,1 persen bagi pasien Covid-19 bergejala. Dosisnya sama dengan Pfizer, tetapi intervalnya 28 hari.
Dibanding dengan empat vaksin yang lebih dulu digunakan di Indonesia, kedua vaksin mRNA itu memiliki tingkat efikasi lebih tinggi. Berikut adalah tingkat efikasi empat vaksin yang beredar lebih awal di Indonesia: Sinovac (65,3 persen), AstraZeneca (62,1 persen), dan Sinopharm (78 persen).
4. Efek samping Moderna dan Pfizer
Melansir IDN Times, secara umum efek samping dari Moderna adalah sakit kepala, tubuh menggigil, nyeri, bengkak, dan kemerahan di area bekas suntikan. Untuk Pfizer, efek samping terdiri dari sakit kepala, kelelahan, nyeri, tubuh menggigil, bengkak, serta kemerahan di sekitar kulit yang disuntik.
Akan tetapi, Komite Penasihat Global tentang Keamanan Vaksin (GACVS) WHO melaporkan kasus radang otot (miokarditis) dan selaput (perikarditis) jantung pada orang yang telah mendapat injeksi Pfizer. Khususnya bagi lelaki berusia 12 hingga 30.
Umumnya, kasus seperti itu terjadi beberapa hari setelah vaksinasi dan lebih sering terjadi pascadosis kedua vaksin mRNA Covid-19 seperti Pfizer dan Moderna.
Menurut data di US Vaccine Adverse Events Reporting System (VAERS), ada rerata 40,6 kasus miokarditis per jutaan dosis untuk laki-laki dan 4,2 kasus per jutaan dosis untuk perempuan per 11 Juni 2021. Menurut GACVS, kasus itu terbilang sangat jarang.
Oleh karena itu, GACVS menilai manfaat vaksin mRNA masih lebih besar daripada risikonya. Sebab vaksin tersebut dapat mengurangi kemungkinan gejala berat bahkan kematian akibat infeksi Covid-19.