Bali, FORTUNE - Dewan Komisi Eropa (European Council) ingin menghentikan ketergantungan pada pasokan energi Rusia, terlebih di tengah perang yang berkecamuk antara negara tersebut dengan Ukraina. Caranya, dengan mendiversifikasi sumber daya energi.
“Kami akan mengakselerasi energi baru terbarukan (EBT) dan memperkuat efisiensi energi. Netralitas iklim pada 2025 juga masih menjadi kompas kami menuju ke sana,” kata European Council President, Charles Michel dalam konferensi pers sebelum pembukaan Presidensi G20 Indonesia, Selasa (15/11) di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali.
Negara-negara Uni Eropa (EU) telah menjadi bagian dari strategi transisi energi menuju gas yang lebih terjangkau. European Council turut mendukung upaya dekarbonisasi industri berbagai negara. Itu termasuk mempercepat transisi ke energi dan teknologi hijau, seperti yang mereka lakukan dengan Afrika Selatan.
“Kami terbuka dengan (kerja sama) terkait kebijakan serupa (melalui Presidensi G20),” katanya. “Harga energi harus lebih terjangkau dan kita perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk itu.”
Distribusi kontribusi pendanaan iklim
Guna menunjukkan komitmen tersebut, negara-negara Uni Eropa telah jadi kontributor terbesar terhadap pendanaan iklim publik, senilai 23 miliar euro pada 2021. Michel berkata, di gelaran G20 pihaknya akan mencari cara untuk membagi rata kontribusi terhadap pendanaan tersebut.
“Kita harus memenuhi target US$100 miliar (pendanaan iklim) per tahun yang telah dijanjikan. Sudah waktunya bagi para partner negara lain untuk menebus bagian mereka secara adil," ujarnya.
Krisis energi dan seruan kepada Rusia untuk hentikan perang
Dalam kesempatan yang sama, Michel turut menyerukan agar Presidensi G20 bisa lebih menekan Rusia agar menghentikan perang dengan Ukraina. Kondisi itu melahirkan krisis energi yang berdampak pada banyak hal, dari masyarakat, biaya bisnis, hingga adanya ketidakstabilan energi dan krisis pangan.
Menurutnya, negara itu telah menyalahgunakan kekuatan dari segi pasokan pangan, dengan membatasi ekspor ke sejumlah negara. “Cara terbaik untuk menghentikan krisis pangan dan energi ini, Rusia harus menyetop perang tidak masuk akal ini dan menghargai UN Charter,” imbuhnya.
Para anggota Uni Eropa pun mengumpulkan pendanaan senilai 8 miliar euro guna membantu menjaga kestabilan pangan negara berkembang. Lewat inisiatif Black Sea Grant, UE juga telah mengekspor 15 juta ton pangan, serta tambahan 10 juta ton.