Jakarta, FORTUNE - Omicron semakin mewabah di Inggris. Setidaknya 130 kasus telah terdeteksi hingga 7 Desember 2021. Analis pun membeberkan rata-rata mayoritas pasien yang terjangkit varian baru virus corona tersebut.
Para ilmuwan menemukan Omicron untuk pertama kali di Afrika Selatan, berkat keberhasilan Institut Nasional Penyakit Menular (NICD) dalam mengurutkan infeksi dari Botswana. Sejak saat itu, satu demi satu infeksi di Eropa berhasil terungkap. Begitu pula di sejumlah negara Barat.
Melihat situasi itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga nasional lain pun terus waspada meninjau perkembangan. Para peneliti juga terus mempelajari varian Omicron berdasarkan kasus infeksi yang terjadi pada pasien-pasien yang mereka tangani.
Bagaimana hasilnya sejauh ini?
Rata-Rata Usia Pasien Omicron dan Gejalanya
Angelique Coetzee, Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, melaporkan gambaran sementara rata-rata usia pasien yang terjangkit Omicron kepada Reuters. Berapakah itu?
Dari tujuh pasien varian Omicron yang dia terima pada 18 November 2021, mayoritas berusia di bawah 40 tahun. “Gejala mereka tidak begitu mengkhawatirkan, karena sifatnya ringan,” begitu temuan dari Coetzee, dikutip dari Express, Rabu (12/8).
Apa saja keluhan pasien di kelompok usia itu? Menurut sang dokter, mayoritas pasien mengalami kelelahan selama satu atau dua hari yang disertai dengan sakit kepala dan nyeri tubuh.
Dia menambahkan, “dan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan infeksi virus normal.”
Tren Peningkatan Rawat Inap Bayi di Bawah 2 Tahun
Di saat bersamaan, NICD melaporkan peningkatan angka rawat inap bayi berusia di bawah dua tahun. Misal, rumah sakit di Tshwane, Gauteng, Afrika Selatan menerima 52 rawat inap bayi pada 14–28 November 2021. Total pasien rawat inap yang diterima pada periode itu adalah 452.
Akan tetapi, sejauh ini dokter belum mampu mengidentifikasi apakah Omicron mendominasi infeksi corona di RS tersebut. Begitu juga dengan kepastian infeksi COVID-19-nya, mengingat Tshwane juga mencatatkan kenaikan kasus flu.
Terlepas dari temuan itu, total anak yang menderita penyakit parah masih lebih sedikit ketimbang pasien di kelompok usia lebih dari 60.
Omicron Berisiko Menjadi Infeksi Dominan
Seiring berlanjutnya penelitian, para ilmuwan telah memperingatkan varian itu berisiko menjadi tekanan infeksi yang dominan. Bahkan, menurut Direktur Centers for Disease Control (CDC), Rochelle Walensky, itu dapat mengalahkan varian Delta.
“Itu (omicron) mungkin varian yang lebih menular daripada Delta,” ujarnya, mengacu pada data awal.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mengamini pandangan Walensky. Menurut perwakilan badan kesehatan itu, Omicron bisa saja menjadi penyebab lebih dari setengah infeksi SARS-CoV-2 di Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa dalam beberapa bulan ke depan. Sebagai informasi, Uni Eropa telah mendeteksi 352 kasus infeksi Omicron per 7 Desember.
Meski begitu, para ahli memperingatkan perlunya penyelidikan lebih lanjut tentang Omicron sebelum mereka menarik kesimpulan yang lebih konkret.