Jakarta, FORTUNE - Manulife Investment Management memperkirakan masyarakat Indonesia butuh rata-rata Rp16,52 juta guna memelihara gaya hidup nyaman setelah memasuki masa pensiun. Itu setara 90 persen dari rerata pendapatan bulanan saat ini yang mencapai Rp18,45 juta.
Temuan itu terdapat dalam "Diverse Asia Retirement Planning Study", September 2022. Sayangnya, menurut survei yang sama, 68 persen penduduk Indonesia saat ini aset investasinya kurang dari Rp600 juta.
“Ada kesenjangan besar antara perkiraan pengeluaran di masa pensiun dan jumlah pendapatan pensiun yang mereka yakini dapat dicapai sesuai dengan status keuangan saat ini,” ujar Head of Retirement Proposition, Strategy and Transformation, Asia Retirement, Manulife Investment Management, Elvin Tharm, Kamis (15/12).
Ia menambahkan masyarakat di Indonesia dan Asia menghadapi situasi sulit untuk menjembatani kesenjangan itu. Apalagi di tengah inflasi, kenaikan biaya kesehatan, dan kenaikan harga kebutuhan harian.
“Daya beli uang tabungan dan pendapatan mereka akan terkikis seiring berjalannya waktu,” katanya.
Tantangan mengumpulkan dana pensiun
Masalahnya, orang Indonesia punya kecenderungan menyimpan uang tunai. Sekitar 37 persen aset mereka berbentuk uang tunai dan deposito. Hanya 29 persen aset yang diinvestasikan ke instrumen seperti reksa dana, saham, obligasi, ETF, dan real estate. Lebih lanjut, baru 53 persen penduduk Indonesia yang mengikuti BPJS atau mengikuti dana pensiun pihak swasta.
Menurut kalkulasi Manulife Investment Management Retirement Income Forecaster, pendapatan pensiun pekerja di Indonesia diprediksi hanya 20 persen dari pendapatan saat ini. Bahkan bisa lebih rendah. Ditambah dengan risiko inflasi, yang diperkirakan bisa terus naik moderat.
Dus, itu akan meningkatkan risiko ketidakcukupan uang pensiun.
“Ini menunjukkan ada kebutuhan mendesak bagi masyarakat dalam merencanakan kesejahteraan finansial lebih baik melalui cara efektif guna hasilkan arus pendapatan rutin di masa pensiunnya,” kata Elvin.
Hal yang bisa dilakukan
Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan, memproyeksi inflasi akan tetap tinggi dan pasar akan fluktuatif cukup lama. Lantas, harus bagaimana?
“Ini bukan kondisi makro ideal untuk perencanaan pensiun. Dalam kondisi ini, investor dapat pertimbangkan strategi diversifikasi multiaset yang berorientasi pada pendapatan jangka panjang saat membuat rencana pensiun,” kata Katarina.
Dengan begitu, investor dapat mengantongi arus pendapatan berkelanjutan dari aset berimbal hasil lebih tinggi, dan meraup keuntungan dari peluang apresiasi modal.
Ia mencontohkan saat suku bunga cenderung naik, reksa dana pendapatan tetap kinerjanya akan naik. Setelah kenaikannya mencapai level tertinggi, maka investor dapat beralih ke instrumen dengan risiko dan return lebih tinggi.