Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Apa Itu Selat Hormuz, Jalur Minyak yang Akan Ditutup Iran?

Military_speedboats_at_Islamic_Revolution_Guards_Corps's_Military_Exercises_in_Strait_of_Hormuz_2015_01.jpg
Ilustrasi Selat Hormuz (commons.wikimedia.org/Hossein Zohrevand)
Intinya sih...
  • Selat Hormuz adalah jalur laut strategis yang menghubungkan Teluk Persia dan Laut Arab.
  • Lebih dari 20 persen pasokan minyak global melewati Selat Hormuz setiap tahun.
  • Ancaman penutupan selat ini dapat memicu lonjakan harga minyak dunia di atas 100 dolar AS per barel.

Selat Hormuz menjadi pusat perhatian menyusul meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat (AS). Namun, tidak semua orang mengetahui apa itu Selat Hormuz dan mengapa jalur ini begitu penting.

Letaknya yang menghubungkan Teluk Persia dan Laut Arab menjadikan Selat Hormuz vital bagi lalu lintas ekspor minyak dan gas dari kawasan Timur Tengah. Tak heran jika area ini disebut sebagai salah satu titik paling vital dalam sistem perdagangan energi global terutama minyak dan gas. 

Simak penjelasan secara lengkap mengenai Selat Hormuz di bawah ini!

Apa itu Selat Hormuz?

Selat Hormuz atau Strait of Hormuz adalah jalur laut sempit yang menghubungkan Teluk Persia di sebelah barat dengan Teluk Oman dan Laut Arab di sebelah timur. Selat ini terletak di antara pesisir selatan Iran dan pantai utara Uni Emirat Arab (UEA) serta Oman.

Menurut Encyclopaedia Britannica, lebar Selat Hormuz bervariasi antara 55 hingga 95 kilometer dengan titik tersempit sekitar 33 kilometer. Kawasan ini juga mencakup beberapa pulau penting seperti Qeshm, Hormuz, dan Hengām.

Selat Hormuz menjadi satu-satunya jalur keluar masuk kapal tanker dari Teluk Persia, wilayah yang dihuni oleh banyak negara penghasil minyak dunia. Hal ini menjadikan selat tersebut sebagai choke point atau titik sempit yang sangat penting dalam jalur perdagangan global.

Peran strategis dalam perdagangan minyak dan gas

Jalur Selat Hormuz menjadi rute utama ekspor minyak dari negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan UEA menuju Asia, Eropa, dan Amerika. Menurut data US Energy Information Administration (EIA), lebih dari 20 persen pasokan minyak global atau 17 hingga 20 juta barel per hari, melewati Selat Hormuz setiap tahun.

Tak hanya minyak mentah, Selat Hormuz juga dilalui kapal pengangkut gas alam cair (liquefied natural gas/LNG). Salah satunya kapal dari Qatar yang merupakan salah satu eksportir LNG terbesar dunia.

Tidak heran jika selat ini disebut sebagai jalur transit energi paling vital di dunia. Bahkan, Badan Energi Internasional (IEA) mencatat lebih dari 70 persen minyak yang melintasi Selat Hormuz pada 2023. Minyak tersebut dikirim ke negara-negara Asia seperti Tiongkok, India, dan Jepang.

Ancaman penutupan memicu kekhawatiran

Ketegangan geopolitik di Selat Hormuz telah berlangsung lama. Iran juga kerap menggunakan Selat Hormuz sebagai alat negosiasi dalam dunia politik global. Ancaman penutupan jalur ini sering mencuat saat hubungan Iran dengan negara-negara lain memanas.

Pada pertengahan 2025, parlemen Iran mulai membahas rancangan undang-undang yang memungkinkan penutupan Selat Hormuz bagi kapal-kapal dari negara yang mendukung Israel. Meskipun keputusan akhir belum ditetapkan, wacana ini sudah cukup untuk memicu kekhawatiran pasar global.

Esmail Kosari sebagai Anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran menyatakan bahwa penutupan dapat dilakukan kapan saja jika dianggap perlu. Namun, keputusan final tetap berada di bawah kewenangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

Risiko Selat Hormuz ditutup

Apabila Selat Hormuz benar-benar ditutup meski hanya untuk sementara, dampaknya bisa meluas ke seluruh dunia. Gangguan distribusi energi seperti minyak berpotensi menyebabkan lonjakan harga minyak, meningkatkan ketidakpastian pasar, dan memicu inflasi global.

Menurut analisis sejumlah lembaga energi, penutupan Selat Hormuz dapat mendorong harga minyak dunia melejit di atas 100 Dolar AS per barel. Pasalnya, sebagian besar negara konsumen sangat bergantung pada pasokan energi yang melalui jalur ini.

Kendati ada jalur pipa alternatif di Arab Saudi dan UEA, kapasitasnya terbatas hanya sekitar 4,2 juta barel per hari. Artinya, sebagian besar distribusi energi tetap sangat bergantung pada Selat Hormuz.

Penerapan Traffic Separation Scheme

Untuk mengelola padatnya lalu lintas kapal di Selat Hormuz, Organisasi Maritim Internasional (IMO) menerapkan Traffic Separation Scheme (TSS) atau sistem pemisahan jalur pelayaran antara kapal masuk dan keluar. Masing-masing jalur selebar dua mil laut, dengan zona penyangga di antaranya.

Meski Selat Hormuz sempit, kedalaman perairannya memungkinkan kapal tanker besar melintas. Namun, dengan ruang gerak terbatas dan tingginya aktivitas maritim, Selat Hormuz menjadi salah satu perairan paling rentan terhadap gangguan, baik yang bersifat teknis maupun militer.

Beberapa negara termasuk AS telah menempatkan kekuatan angkatan laut di kawasan Teluk guna menjaga kebebasan navigasi. Meski demikian, eskalasi konflik dapat memicu ketegangan lebih besar, bahkan konflik bersenjata lintas negara.

Bisa dibilang Selat Hormuz bukan sekadar jalur laut sempit di antara dua negara tetapi nadi penting dalam sistem perdagangan energi global. Ketergantungan dunia terhadap minyak dan gas yang melalui kawasan ini menjadikannya titik strategis sekaligus titik rawan.

Demikian informasi mengenai apa itu Selat Hormuz. Semoga informasi ini bermanfaat!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ana Widiawati
EditorAna Widiawati
Follow Us