Apple Buka Pabrik di Amerika, Investasi Capai 100 Miliar Dolar AS

- Apple investasi 100 miliar dolar AS di AS
- Investasi untuk manufaktur domestik dan ciptakan 20.000 lapangan kerja baru
- Fokus pada pendidikan, infrastruktur digital, respons terhadap tarif impor
Jakarta, FORTUNE - Apple Inc. resmi mengumumkan penambahan investasi besar-besaran di Amerika Serikat (AS) senilai 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.629 triliun. Pengumuman yang menjadi bagian dari rencana Apple buka pabrik di Amerika Serikat tersebut, disampaikan langsung oleh Presiden AS Donald Trump bersama CEO Apple Tim Cook di Gedung Putih pada Rabu (6/8).
Tambahan dana ini membuat total komitmen investasi Apple di AS mencapai 600 miliar dolar AS atau sekitar Rp9.774 triliun selama empat tahun ke depan.
“Selama bertahun-tahun, rakyat Amerika telah menyaksikan banyak raksasa teknologi membangun pabrik mereka di luar negeri dan mengekspor lapangan kerja Amerika ke negara lain. Namun, di bawah pemerintahan saya, kami melakukan segala upaya untuk menjadikan Amerika sebagai tempat terbaik di dunia untuk membangun pabrik atau mengembangkan bisnis,” ujar Trump, melansir White House, Jumat (8/8).
Langkah tersebut merupakan strategi Apple untuk memperkuat rantai pasok domestik, mengembangkan pusat manufaktur canggih, serta mengantisipasi kebijakan tarif impor ketat yang diberlakukan pemerintahan Trump.
Investasi dilakukan untuk mendorong manufaktur domestik
Menurut keterangan resmi, Apple akan menjalankan investasi baru ini melalui American Manufacturing Program (AMP), sebuah inisiatif yang mendorong pemasok global memproduksi lebih banyak komponen di AS.
“Dengan bangga, hari ini kami meningkatkan investasi kami di seluruh Amerika menjadi USD 600 miliar selama empat tahun dan meluncurkan American Manufacturing Program, mencakup kerja sama baru dengan 10 perusahaan di berbagai negara bagian yang memproduksi komponen untuk produk Apple,” ungkap Tim Cook.
Saat ini, Apple bermitra dengan ribuan pemasok di 50 negara bagian, mendukung lebih dari 450.000 lapangan kerja di sektor pemasok dan mitra. Sekitar dua pertiga komponen yang diproduksi di AS diekspor ke pasar global.
Apple juga akan memperluas fasilitas produksi di delapan negara bagian, termasuk Arizona, California, Iowa, Oregon, Michigan, Nevada, North Carolina, dan Washington serta membangun pabrik baru di Houston, Texas, yang ditargetkan beroperasi akhir 2026. Pabrik ini akan memproduksi server untuk mendukung pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Selain itu, U.S. Advanced Manufacturing Fund akan digandakan dari 5 miliar dolar AS (Rp81,77 triliun) menjadi 10 miliar dolar AS (Rp163,55 triliun) untuk mendukung inovasi dan pemasok lokal.
Bakal ciptakan 20.000 lapangan kerja baru di AS
Dalam empat tahun ke depan, Apple berencana merekrut 20.000 pekerja baru di AS. Posisi yang dibuka mencakup bidang riset dan pengembangan (R&D), rekayasa silikon, pengembangan perangkat lunak, kecerdasan buatan, dan pembelajaran mesin.
Trump juga mengumumkan bahwa Apple akan memperluas kerja sama dengan pabrik kaca Corning di Harrodsburg, Kentucky, untuk memproduksi seluruh kaca pada Apple Watch dan iPhone. Sebelumnya, Apple telah menargetkan jumlah lapangan kerja serupa melalui investasi 500 miliar dolar AS atau sekitar Rp8.177 triliun.
Fokus pada pendidikan dan infrastruktur digital
Selain manufaktur, Apple akan mengalokasikan dana untuk pusat data, infrastruktur AI, dan produksi konten Apple TV+.
Di bidang pendidikan, Apple Manufacturing Academy akan dibuka di Detroit, Michigan, pada 19 Agustus 2025. Akademi ini akan menjadi pusat pelatihan tenaga kerja manufaktur teknologi, membekali pekerja dengan keterampilan modern yang dibutuhkan di era industri 4.0.
“Apple adalah perusahaan Amerika yang bangga, dan kami percaya sepenuhnya pada janji besar negara ini,” kata Cook.
Produksi masih banyak di Asia
Meski investasi di AS semakin besar, sebagian besar perakitan produk Apple termasuk iPhone, iPad, dan MacBook, masih dilakukan di Asia. China tetap menjadi pusat produksi utama, meskipun Apple mulai memindahkan sebagian aktivitas ke Vietnam, Thailand, dan India.
Tim Cook mengakui bahwa sejumlah komponen seperti semikonduktor, kaca, dan modul Face ID sudah diproduksi di AS. Namun, perakitan akhir akan tetap dilakukan di luar negeri untuk sementara waktu.
Respon terhadap ancaman tarif impor
Langkah ekspansi ini juga dipandang sebagai respons terhadap ancaman tarif impor dari Trump. Pada Mei lalu, Trump mengancam akan mengenakan tarif 25% terhadap produk Apple yang dirakit di luar negeri sehingga membalikkan kebijakan sebelumnya yang mengecualikan smartphone dan komputer dari tarif impor China.
Akibat ketegangan dagang tersebut, Apple mencatat kerugian sekitar 800 juta dolar AS atau setara Rp13,08 triliun pada kuartal II 2025. Trump bahkan sempat menyatakan akan mengenakan tarif hingga 100% pada semikonduktor dan komponen penting lain dari luar negeri.
“Apple sedang pulang ke rumah, dan itu adalah kabar baik bagi Amerika,” ungkap Trump, mengutip Reuters.