Bahlil: Hilirisasi Buat Negara Berkembang Lebih Cepat jadi Negara Maju
Ekspor komoditas bisa naik berlipat dengan hilirisasi.
Jakarta, FORTUNE – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam dan melakukan hilirisasi mampu lebih cepat menjadi negara maju.
Bahlil menyampaikan bahwa Indonesia saat ini sudah memiliki peta jalan hilirisasi dengan prototipe komoditas nikel. “Jadi, selama ini kita bicara hilirisasi, (tapi) peta jalan besarrnya belum ada. Alhamdulilah, kami tadi sudah laporkan dengan total investasi sampai dengan 2040, sebesar US$545,3 miliar. Tahapannya kami juga sudah bahas secara teknis,” ujarnya usai rapat terbatas dengan Presiden, Senin (30/1).
Bahlil menyebutkan bahwa peta jalan ini akan terbagi menjadi 8 bagian dengan 21 komoditas. Adapun prototipe hilirisasi komoditas nikel akan menjadi acuan untuk komoditas lain, mulai dari bauksit, timah, migas, sampai pada sektor lain, seperti perkebunan, pangan, sampai perikanan.
Hilirisasi jadi instrumen
Menurut Bahlil, ke depan Indonesia akan fokus kepada peningkatan nilai tambah dengan hilirisasi menjadi instrumennya. “Hal ini sekaligus sebagai tindak lanjut dari komunike bersama di G20, paragraf 37. Hilirisasi, nilai tambah, dan kolaborasi menjadi satu kesepakatan, dan kita harus sudah mempunyai peta jalan itu,” katanya.
Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Investasi menentukan prioritas dna langkah mendorong investasi saat ini. “Katakanlah sekarang kita menyetop nikel, kemudian bauksit, ke depan apa lagi? Seperti timah atau tembaga yang sebentar lagi,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, Indonesia akan segera menyetop ekspor bauksit mentah yang dimulai dengan realisasi pencarian investasi untuk memberi nilai tambah pada bauksit. “Yang kedua tembaga, sebentar lagi, bulan Juli akan stop secara undang-undang. Kami sedang mencari formulasinya, bagaimana smelter-smelter yang belum selesai, contoh, di NTB dan Freeport,” ujarnya.
Konsistensi
Menurutnya, Indonesia harus terus fokus dan konsisten pada hilirisasi untuk bisa menjadi negara maju. “Tidak boleh ada gerakan-gerakan tambahan. Kita harus sudah sadar secara kolektif,” ujarnya.
Meski demikian, Bahlil juga menyadari bahwa ada banyak pihak yang mungkin kurang berkenan dengan rencana hilirisasi dari pemerintah. “Ekspor barang mentah itu kan dapat duit cepat, tapi kalau hilirisasi kan butuh Capex (Capital Expenditure),” katanya. “Ini persoalan rakyat, bangsa, dan negara, dan kedaulatan negara kita untuk ke depan.”
Menguatkan banyak hal
Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini, menegaskan bahwa dalam kajian akademis, hilirisasi mampu memperkuat banyak hal di Indonesia, mulai dari ekspor, ekonomi, dan juga memperkuat anggaran yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
“Dengan dukungan hilirisasi komoditas, ekspor sudah dua kali lipat dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Ini menurut saya bagus dan perlu diteruskan, dari nikel, ke bauksit, timah, tembaga, emas, dan sebagainya. Indonesia ini kaya sekali akan sumber daya alam. Masalahnya, ya politik yang kadang-kadang menghambat itu,” ujar Didik.