BMKG Gunakan Tambahan Rp25 Miliar APBN 2025 untuk Modifikasi Cuaca
Ditujukan untuk mencegah bencana hidro-meteorologi.
Jakarta, FORTUNE - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa anggaran tambahan untuk APBN 2025 yang dialokasikan DPR sebesar Rp25 miliar, akan dimanfaatkan untuk operasi Modifikasi Cuaca.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan anggaran tersebut akan dibagi khusus untuk operasi modifikasi sebesar Rp22,09 miliar dan sisanya Rp2,91 miliar akan digunakan untuk tata kelola modifikasi cuaca itu sendiri.
“Rp19,02 miliar difokuskan untuk operasi modifikasi cuaca dalam aksi dini pengurangan atau pencegahan hidro-meteorologi ekstrem,” katanya dalam rapat dengan Komisi V DPR, seperti dikutip dari kanal YouTube Komisi V DPR, Rabu (18/9).
Dwikorita menjelaskan bahwa dalam desain pelaksanaannya, operasi modifikasi cuaca pencegahan hidro-meteorologi ekstrem akan dilakukan dengan total 40 hari pada 2025. Selama itu, pesawat akan melakukan penerbangan sebanyak enam jam per hari untuk menaburkan zat natrium klorida (NaCl) ke awan potensial yang telah ditentukan oleh BMKG.
Masih belum cukup
Dwikorita mengaku bahwa nilai alokasi tambahan ini masih jauh di bawah kebutuhan yang mencapai Rp700 miliar. Namun, pihaknya akan berusaha memanfaatkan anggaran tersebut secara maksimal via kerja sama dengan kementerian/lembaga terkait.
“Untuk sampai menghentikan risiko hujan ekstrem susah, tapi kami paling tidak dapat mengurangi risiko terjadinya hujan ekstrem yang menjadi pemicu bencana hidro-meteorologi itu,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama 2023 Indonesia mengalami 5.400 kejadian bencana yang 95 persennya merupakan bencana hidro-meteorologi seperti banjir maupun tanah longsor.
BNPB menyatakan jumlah kerusakan dan dampak korban jiwa sangat mungkin ditekan secara signifikan karena pemanfaatan inovasi teknologi pencegahan.
Mitigasi
Sebelumnya, Kepala BNPB, Letnan Jenderal TNI Suharyanto, menyatakan bahwa operasi modifikasi cuaca bisa menjadi upaya mitigasi bencana hidro metereologi yang kerap terjadi di Indonesia.
“Jangan sampai kita bergerak ketika terjadi bencana saja, tetapi sebelum terjadi bencana ini yang lebih penting,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (2/9).
Ia menjelaskan, operasi modifikasi cuaca dilakukan untuk mengalihkan hujan ke beberapa wilayah lain guna mencegah terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. Hal ini adalah prosedur yang kerap dilakukan di banyak wilayah Indonesia, khususnya dalam pengendalian cuaca demi menghindari terjadinya bencana.