Demi Indonesia, Jokowi Sebut ‘Cawe-Cawe’ Pemilu Tak Langgar Konstitusi
Peluang Indonesia jadi negara maju hanya 13 tahun lagi.
Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa dirinya akan 'cawe-cawe' terkait pemilihan umum (Pemilu) serentak 2024. Namun, itu menurutnya dilakukan demi kepentingan bangsa Indonesia.
Jokowi mengatakan, cawe-cawe yang dimaksud adalah memastikan agar Presiden Indonesia berikutnya dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan strategis, seperti hilirisasi, transisi energi bersih, maupun pembangunan IKN Nusantara.
"Saya tidak akan melanggar aturan, tidak akan melanggar undang-undang, dan tidak akan mengotori demokrasi," ujar Presiden dalam pertemuan bersama para pimpinan media massa, seperti dikutip dari Kompas, Senin (29/5).
Jokowi ingin pemilu terselenggara dengan baik dan aman. Selain itu, ia berharap pemimpin berikutnya bisa meneruskan pembangunan yang telah berjalan.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Setpres Bey Machmudin, menambahkan pernyataan Jokowi memiliki konteks adalah memastikan bahwa Pemilu 2024 bisa berjalan lancar, secara demokratis, jujur dan adil.
Ia menyatakan bahwa Presiden Jokowi akan terap menghormati serta menerima apapun pilihan rakyat. “Presiden akan membantu transisi kepemimpinan nasional dengan sebaik-baiknya,” dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (30/5).
Sinyal
Sebelumnya Jokowi beberapa kali memberikan sinyal mengenai siapa calon Presiden yang didukung, seperti Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo, Bahkan, Presiden sempat mengumpulkan para Ketua Umum Partai Politik di Istana Kepresidenan pada 2 Mei 2023.
Meski begitu, Jokowi memastikan bahwa upaya yang dilakukannya dalam mendukung kelancaran pemiliu 2024 dan proyek strategis nasional tidak akan mengganggu jalannya demokrasi. “Saya memilih cawe-cawe dalam arti yang positif, masa tidak boleh? Masa tidak boleh berpolitik? Tidak ada konstitusi yang dilanggar. Untuk negara ini, saya bisa cawe-cawe,” katanya.
Jadi negara maju
Jokowi juga mengatakan, peluang Indonesia untuk menjadi negara maju hanya akan berlangsung hingga 13 tahun ke depan, seiring dengan bonus demografi yang dialami Indonesia. Namun demikian, hal ini hanya akan terjadi sekali dalam satu periode generasi.
"Kita ini sekarang ada di middle income walaupun di level upper tapi kita masih di level middle income. Nah untuk keluar dari middle income itu, untuk jadi negara maju itu perolehan pendapatan per kapitanya minimal 10 ribu (dollar AS)," ujar Jokowi.