Rusia Gencarkan Serangan, Warga Borong Bensin dan Tinggalkan Kiev
Warga mengantre di ATM serta stasiun pengisian bahan bakar.
Jakarta, FORTUNE - Kepanikan terus terjadi di Ukraina, menyusul serangan demi serangan yang dilakukan Rusia. Kemacetan kendaraan terjadi, seiring banyaknya warga yang ingin keluar Ukraina. Antrean warga pun mengular di banyak ATM serta stasiun pengisian bahan bakar.
Melansir Al Jazeera, Jumat (25/2), sejumlah ledakan terdengar bersahutan sejak awal penyerangan di Kiev, Ibu Kota Ukraina. Warga pun mulai mencari tempat aman, bahkan berusaha untuk keluar dari Kiev, karena situasi yang tidak kondusif.
"Situasi di tengah kota sangat mencekam. Warga sangat ketakutan karena kuatir serangan akan semakin parah dengan kemungkinan serangan kendaraan lapis baja," tulis Aljazeera.
Sejak dini hari, kemacetan mulai terjadi, orang-orang berkendara keluar kota Kiev menuju Zhytomyr. Banyak ATM dan toko yang dipenuhi warga untuk membeli kebutuhan dasar.
Pom bensin pun terlihat penuh oleh para pengendara mengisi bahan bakar sebelum meninggalkan Kiev. Namun, Pemerintah Kota Kiev justru menyarankan warga tetap tenang dan tinggal di rumah.
"Setiap orang yang tidak terlibat dalam pengoperasian infrastruktur kritis dan pendukung kehidupan kota, tetap di rumah dan bersiaplah untuk mengikuti tempat perlindungan ketika sirene menyala," ujar salah seprang pejabat Administrasi Negara Kota Kyiv seperti dikutip Aljazeera.
Bantahan dari warga Kiev
Iliya Kusa, seorang analis hubungan internasional di Institut Ukraina untuk Masa Depan, mengatakan bahwa fakta bahwa orang-orang memang mulai meninggalkan Kiev, tapi tidak menimbulkan gelombang panikan.
Iliya menyampaikan bahwa situasi relatif stabil tanpa ada masalah kritis yang berarti. "Angkutan umum beroperasi seperti biasa. Satu-satunya hal yang berubah sebenarnya adalah sekolah, universitas, dan taman kanak-kanak ditutup dan rumah sakit dalam keadaan siaga tinggi sejak parlemen memberlakukan darurat militer," ucapnya.
Status darurat militer di Ukraina
Pada Kamis (24/2), Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan operasi militer skala penuh di Ukraina. Dia mengklaim operasi itu untuk melindungi warga sipil di Ukraina.
Sasaran utama Militer Rusia adalah pertahanan udara dan pangkalan militer Ukraina. Beberapa di antaranya telah dihancurkan, sementara banyak bandara sipil dibom.
Tank-tank tampak berdatangan dari Kota Krimea di selatan Ukraina yang diduduki Rusia dengan melintasi perbatasan Belarus. Sementara, Ukraina mengatakan angkatan udaranya telah menembak jatuh beberapa pesawat Rusia di timur.
Pada hari kedua penyerangan, pemimpin Ukraina mengatakan sedikitnya 137 tewas dalam serangan militer Rusia skala penuh. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengumumkan darurat militer dan meminta semua warga negara, terutama pria dewasa, untuk siap membela negara dari pasukan Rusia.
Perekonomian Indonesia relatif terjaga
Serangan Rusia ke Ukraina mempengaruhi pasar. Indeks pasar keuangan, termasuk IHSG di berbagai negara menunjukkan penurunan menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan mengatakan kondisi ini dikarenakan Rusia merupakan salah satu pengekspor energi, produk pertanian, dan logam terbesar di dunia.
“Perekonomian dan pasar finansial Indonesia akan relatif lebih terinsulasi dari dampak konflik Rusia dan Ukraina. Inflasi Indonesia yang masih relatif rendah, pada kisaran 2,18%, diperkirakan akan tetap terjaga di bawah 4% - yang merupakan rentang atas acuan Bank Indonesia,” ujar Katarina dalam keterangan pers, Kamis (24/2).
Menurutnya, kondisi global kali ini tidak akan terlalu berdampak besar bagi Indonesia karena fundamental ekonomi yang cukup kuat. “Ditunjukkan dengan surplus neraca transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, nilai tukar rupiah yang stabil, dan perbaikan pertumbuhan ekonomi, membuat Indonesia lebih resilien menghadapi goncangan jangka pendek dari ketegangan geopolitik ini,” ucapnya.