Kepemimpinan Ratu Elizabeth II, 70 Tahun Bertakhta di Kerajaan Inggris
Ia merupakan ratu Inggris terlama sepanjang sejarah
Jakarta, FORTUNE – Genap 70 tahun sudah, Ratu Elizabeth II resmi menduduki takhta dan memimpin Kerajaan Inggris. Ia dikenal sebagai pemimpin tangguh dan mampu menjalankankan tugas serta tanggung jawabnya di tengah berbagai skandal di istana.
Di tengah rasa sedih dan kehilangan, sang ratu yang bernama asli Elizabeth Alexandra Mary tampak teguh menjadi penerus takhta sang ayah, Raja George VI yang wafat pada 6 Februari 1952. Di usia yang baru 25 tahun saat itu, ia pun naik takhta menjadi seorang ratu bagi seluruh rakyat Inggris.
Melansir Vogue, Minggu (6/2), Elizabeth yang saat itu sedang melakukan kunjungan kenegaraan bersama suaminya, Pangeran Philip, ke Kenya, Afrika, langsung terbang kembali ke London untuk berkabung. Pada 8 Februari, Putri Elizabeth secara resmi menyatakan dirinya sebagai Ratu dan Kepala Persemakmuran.
"Dengan kematian mendadak ayah saya tercinta, saya dipanggil untuk memikul tugas dan tanggung jawab kedaulatan," katanya yang saat itu baru sekitar 25 tahun di depan 150 pejabat dan pejabat Inggris di Istana St. James. “Saya akan selalu bekerja, seperti yang ayah saya lakukan di sepanjang masa pemerintahannya, untuk memajukan kebahagiaan dan kemakmuran rakyat saya.”
Elizabeth pertama kali mendengar kematian ayahnya dari Pangeran Phillip, tampak bertegar hati untuk fokus pada langkah selanjutnya. “Dia berdiri dengan berani, seperti seorang ratu,” kata seorang keluarga yang menyaksikan kejadian tersebut.
Ratu Elizabeth yang tabah
Sejarawan, Hugo Vickers, mengatakan kepada The Associated Press, Minggu (6/2), bahwa Ratu Elizabeth II selalu jadi sosok yang konsisten di tengah dunia yang begitu cepat berubah. Ia menjadi simbol utama Inggris di luar negeri, memuji keberhasilan negara, bersimpati saat negara gagal, dan selalu berada di atas berbagai kepentingan politik.
“Dia harus disebut Elizabeth yang tabah (Steadfast),” katanya.
Hal ini, menurut Hugo sangat cocok menggambarkan Ratu Inggris terlama sepanjang sejarah, yang sudah memimpin kerajaan Inggris sampai 70 tahun lamanya. Banyak perubahan zaman yang telah dilewati, mulai modernisasi, multikulturalisme, hingga berbagai krisis seperti Brexit atau pandemi Covid-19.
“Dia tidak selalu berharap menjadi ratu, dan dia menjalankan tugas itu,” ujarnya.
Peralihan takhta dan skandal
Hari di mana Ratu Elizabeth mulai menjalani tahtanya sebagai pemimpin kerajaan Inggris adalah sebuah refleksi atas apa yang akan datang di kemudian hari. Kejadian yang ia alami saat mendengar kematian ayahnya sekaligus pengangkatannya sebagai Ratu Inggris juga kelak akan dialami oleh pewaris tahta berikutnya, Pangeran Charles.
Di sisi lain, kerajaan Inggris memang tidak lepas begitu saja dari berbagai isu dan skandal. Mulai ketegangan pada saat tragedi kematian Putri Diana, gugatan pelecehan seksual Pangeran Andrew, hingga pengunduran diri Pangeran Harry dan istrinya dari keluarga kerajaan.
Apapun yang terjadi, monarki kerajaan Inggris akan terus berlanjut. Pangeran Charles pun suatu hari nanti akan menjadi seorang Raja Inggris.
Camilla diharapkan menjadi seorang Permasuri
Merayakan penobatannya sebagai Ratu Inggris yang ke-70, Ratu Elizabeth II, membuat sebuah kehebohan dengan mengumumkan harapannya, kepada istri Pangeran Charles–Camilla, Duchess of Cornwall–untuk menjadi Permaisuri, saat anaknya dinobatkan sebagai Raja. Hal ini menjadi istimewa, karena selama ini Sang Ratu belum pernah membahas hal tersebut.
"Dan ketika putra saya menjadi Raja, saya tahu Anda akan memberikan dia dan istrinya Camilla dukungan yang sama seperti yang telah Anda berikan kepada saya; ini merupakan keinginan tulus saya bahwa, ketika saatnya tiba, Camilla akan menjadi Permaisuri saat dia melanjutkan layanan setianya sendiri," tulisnya dalam pesan publik seperti dikutip Euronews, Minggu (6/2).
Camilla dan Charles yang menikah pada tahun 2005–setelah bercerai dari pasangan masing-masing–merasa tersentuh dan sangat terhormat atas ungkapan dari Sang Ratu terkait ‘Permaisuri’.