Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Daya Saing Indonesia Merosot Drastis, Posisi 40 dari 69 Negara

Visualisasi kota Jakarta dari Pintreset

Jakarta, FORTUNE - Peringkat daya saing Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam laporan World Competitiveness Ranking (WCR) 2025 yang dirilis oleh International Institute for Management Development (IMD). Tahun ini, posisi Indonesia turun 13 peringkat, dari posisi 27 ke posisi 40, menjadi salah satu penurunan terdalam di antara negara-negara yang dipantau.

Dalam laporan tersebut, Swiss, Singapura, dan Hong Kong dinyatakan sebagai tiga negara dengan tingkat daya saing ekonomi tertinggi di dunia. Sementara itu, Kanada, Jerman, dan Luksemburg mencatat lonjakan posisi yang paling signifikan.

“Mata uang yang kuat merupakan indikator keberhasilan jangka panjang,” ujar Arturo Bris, Direktur World Competitiveness Center (WCC), dalam keterangan pers pada Rabu (18/6).

Bris juga menyoroti perubahan lanskap perdagangan internasional. “Pada saat yang sama, reorganisasi jaringan perdagangan global memperlihatkan bagaimana konsensus merupakan hal yang baik bagi perekonomian – sangat kontras dengan polarisasi,” katanya.

Dalam laporan tersebut, negara-negara di kawasan Asia disebut tetap tampil solid dalam sejumlah indikator, namun masih harus menghadapi tantangan eksternal yang besar. “Lingkungan eksternal menekan beberapa negara Asia,” jelas Bris. Ia menambahkan bahwa “tarif yang telah dikenakan pada ekonomi Asia Tenggara menghilangkan manfaat dari kebijakan mereka yang baik.”

Apa saja tantangan yang dihadapi Indonesia?

Tren Skincare - A.png
Dok. IMD

Dari 69 negara yang dinilai, Indonesia turun 13 peringkat, dari posisi 27 pada 2024 menjadi peringkat 40 pada tahun ini. Penurunan ini menandai tren fluktuatif sejak 2021, ketika Indonesia berada di posisi 37. Jika dirunut, Indonesia pada 2022 ada di peringkat 44, pada 2023 di peringkat 34, pada 2024 di peringkat 27. Apa yang menjadi tantangan Indonesia?

Laporan tersebut menunjukkan sejumlah indikator ekonomi utama Indonesia sepanjang 2024, di antaranya pertumbuhan PDB riil sebesar 5,0 persen, inflasi 2,3 persen, dan tingkat pengangguran 4,91 persen. Produk domestik bruto (GDP) Indonesia tercatat mencapai US$1.388,8 miliar dengan populasi lebih dari 281 juta jiwa. Namun, neraca transaksi berjalan masih mencatat defisit sebesar -0,64 persen dari PDB.

Dalam dokumen yang disusun oleh Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI), tantangan utama yang dihadapi Indonesia antara lain perlunya integrasi peta strategis industri dari hulu ke hilir, pengembangan tenaga kerja yang kompetitif secara global, serta peningkatan kontribusi sektor riil dan lembaga keuangan non-bank. Selain itu, pemenuhan standar global dalam isu lingkungan, sosial, dan tata kelola juga menjadi sorotan penting.

IMD juga menyoroti perlunya peningkatan nilai tambah ekonomi melalui pemanfaatan diaspora dan penguatan riset. Pada saat yang sama, pilar-pilar utama seperti efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur dinilai masih tertinggal dibanding negara-negara dengan daya saing tinggi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us