Warga Gaza Kehilangan 3 Generasi Akibat Serangan Udara Israel
Sebanyak 35 anggota keluarga Hamdan hilang usai serangan.
Jakarta, FORTUNE - Sebuah keluarga di Gaza kehilangan tiga generasi setelah serangan udara Israel menghantam rumah penduduk, Selasa (8/11) petang. Mohammed Hamdan kehilangan 35 anggota keluarga besarnya yang terdiri dari tiga generasi, yakni Kamal, berusia 70 tahun hingga Rasmi, anak berumur tujuh tahun.
Hamdan terkubur di balik reruntuhan rumahnya dan butuh waktu satu setengah jam ketika dievakuasi. Dia kehilangan putrinya Malak, saudara laki-lakinya Ahmed, keponakan laki-lakinya, keponakan-keponakannya dan banyak sepupunya.
“Adikku, keponakanku, dan aku sedang duduk bersama saudara lainnya setelah salat. Kami mendapati diri kami berada di bawah reruntuhan,” katanya kepada Reuters ketika momen serangan terjadi.
Keluarga Hamdan adalah satu dari banyak keluarga di Gaza yang tercerai berai akibat pemboman udara dan artileri yang belum pernah terjadi sebelumnya. Serangan Israel hingga kini menewaskan lebih dari 10.000 orang menurut otoritas kesehatan Palestina.
Kamp pengungsi
Militer Israel sepenuhnya mengepung Gaza utara di bawah perlindungan serangan selama berminggu-minggu yang juga menghantam wilayah selatan seperti Khan Younis, tempat tinggal keluarga Hamdan.
Israel semula menargetkan kelompok Islam Palestina Hamas, yang militannya mengamuk di kota-kota Israel pada 7 Oktober.
Bagi Hamdan, perang telah mengakhiri semua yang ia sayangi. “Kami besar di sini, kami tinggal bersama anak-anak ini. Saya tidak membayangkan akan terjadi kehancuran seperti ini,” ujarnya.
Khan Younis didirikan sebagai kamp pengungsi pada 1948 ketika warga Palestina, termasuk keluarga Hamdan, melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah mereka selama pertempuran yang menyertai pembentukan Israel.
Mereka tidak pernah diizinkan kembali dan tenda perkemahan menjadi kota dengan gang-gang sempit dan blok apartemen beton di bawah Mesir, kemudian pendudukan langsung Israel dan akhirnya kontrol internal oleh Hamas disertai dengan blokade ketat Israel.
Keluarga yang hilang
Selama dua dekade terakhir, pertempuran antara Israel dan Hamas secara berkala terjadi di wilayah kantong tersebut, menghantui pengungsi Palestina yang berjumlah lebih dari setengah dari 2,3 juta penduduk.
Melalui masa-masa yang sulit itu, keluarga Hamdan berkembang dan rumahnya di Khan Youni menjadi pusat kehidupannya. “Dulu kami bermain dengan tua dan muda. Kami biasa duduk-duduk di luar saat musim panas. Kadang-kadang kami menyalakan api unggun. Tapi lihat sekarang. Yang ada hanyalah kehancuran,” kata Hamdan.
Namun, serangan Israel kini menyebabkan saudara laki-laki dan keponakan Hamdan yang dahulu duduk bersamanya, tewas tertimbun reruntuhan bangunan.
Dia muncul di tempat yang sangat hancur. “Saya kira hanya kami (yang kena). Tapi kemudian saya tahu seluruh lingkungan,” kata Hamdan. Keluarga tetangga Abu Sita dan Abu Sultan sebagian besar tewas atau terluka, katanya.
Israel membantah menargetkan warga sipil dalam kampanye militernya, namun mengatakan pejuang Hamas sering beroperasi di wilayah pemukiman.
Banyak kerabat Hamdan yang selamat, terluka, dan dia tidak tahu kapan atau apakah mereka akan keluar dari rumah sakit.
“Dulu kami saling mengunjungi, duduk bersama, membuat api, sarapan bersama. Saya biasa mengunjungi kakak dan adik saya. Sekarang tidak ada yang tersisa, tidak ada saudara perempuan, tidak ada saudara laki-laki dan kami tidak akan membuat api, kami tidak akan membuat api. jangan berkumpul,” katanya.
Ia pun terkenang putrinya, Malak 12 tahun, dan sepupunya Tala dan Sila. "Saya dulu menyayangi mereka dan mereka menyayangi saya. Mereka biasa datang dan bermain serta tertawa. Saya kehilangan mereka sekarang," katanya.