Investasinya Naik, RI Bisa Jadi Produsen Petrokimia Terbesar di ASEAN
Nilai ekspor bahan kimia dan turunannya US$18 miliar.
Jakarta, FORTUNE – Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor bahan kimia dan barang dari bahan kimia pada 2021 mencapai US$18,86 miliar. Pada 2020–2030, pemerintah berusaha mengawal proyek-proyek pembangunan industri kimia raksasa yang total nilai investasinya terus meningkat hingga US$31 miliar.
Investasi tersebut untuk memperkuat komoditas di sektor kimia hulu dan mampu menjadi pengganti bagi produk petrokimia yang masih diimpor seperti Etilena, Propilena, BTX, Butadiena, Polietilena (PE), dan Polipropilena (PP). Kapasitas industri nasional untuk produk-produk tersebut saat ini mencapai 7,1 juta ton per tahun.
“Dengan adanya investasi besar di industri petrokimia yang saat ini didukung penuh oleh pemerintah, Indonesia akan menjadi negara produsen petrokimia Nomor 1 di ASEAN dengan tambahan total kapasitas Olefin sebesar 5,7 juta ton per tahun serta tambahan total kapasitas Poliolefin sebesar 4,7 juta ton per tahun,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito dalam keterangannya, Minggu (3/4).
Menurut Warsito, industri petrokimia merupakan sektor strategis di tingkat hulu yang menjadi modal dasar dan prasyarat utama untuk pengembangan industri di tingkat hilir seperti plastik, serat kain, tekstil, kemasan, elektronika, otomotif, obat-obatan dan industri-industri penting lainnya.
PT Asahimas Chemical tingkatkan kapasitas produksi
Kemenperin mengapresiasi realisasi investasi proyek PT Asahimas Chemical Phase-7 di Cilegon karena menunjukkan besarnya potensi pengembangan industri petrokimia intermediate. Dengan penambahan kapasitas produk PVC 200 ribu ton per tahun, PT Asahimas Chemical berkontribusi meningkatkan pasokan dalam negeri sebagai antisipasi meningkatnya permintaan PVC domestik, sekaligus menambah potensi pasar ekspor.
Selain itu, peningkatan kapasitas produksi PT Asahimas Chemical ini untuk memberikan kepastian dalam pasokan bahan baku bagi sektor industri lainnya. Dengan demikian, industri pengguna akan terjaga produktivitasnya dan bisa mengembangkan investasinya.
Sektor ini butuh investasi yang besar
Warsito mengatakan industri kimia berciri padat modal dengan nilai investasi sangat besar. Alasannya, kebutuhan bahan bakunya spesifik, risiko keselamatannya tinggi, dan persaingan bisnisnya sangat ketat.
Karenanya, pemerintah memberikan sejumlah insentif seperti harga gas bumi US$6 per MMBTU, pengendalian impor, pengamanan pasar dalam negeri, dan optimalisasi pemanfaatan pasar dalam negeri dan pasar ekspor.
Untuk insentif fiskalnya, sektor ini juga dapat menikmati tax allowance, tax holiday, dan super deduction tax untuk R&D dan Vokasi, serta penerapan SNI dan SKKNI.