Jumlah Penumpang Naik Terus, Erick Usulkan Impor KRL Jangka Pendek
Impor kereta bekas jadi solusi cepat penuhi kebutuhan.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, membahas soal usulan impor KRL bekas di hadapan Komisi VI DPR RI. Menurutnya, peningkatan penumpang KRL saat ini telah melampaui prediksi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI).
Pada hasil rapat sebelumnya yang melibatkan INKA dan KAI, proyeksi pertumbuhan penumpang KRL pasca-pandemi pada level konservatif. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan pertumbuhan sangat signifikan.
"Kalaupun ada impor, seminimal mungkin yang kita minta. Karena itu hanya menutupi yang namanya gap dari kebutuhan 6 bulan atau 7 bulan ke depan," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi VI, Senin (5/6).
Kenaikan jumlah penumpang disebutnya tidak hanya terjadi pada penumpang kereta, namun juga pada penumpang pesawat di Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Ngurah Rai, Bali.
Oleh karena itu, dia merasa perlu adanya impor kereta bekas sambil menunggu PT INKA memproduksi pesanan PT KCI. Impor kereta bekas menjadi salah satu solusi cepat untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek pengguna kereta.
"Buat Indonesia ini hal yang positif. Karena itu INKA sendiri setelah saya periksa, memang untuk mengikuti suplai kebutuhan kereta api kemarin salah satunya yaitu melakukan impor, tetapi harus diiringi produksinya sendiri ini," ujarnya.
PMN untuk INKA
Guna menambah kemampuan produksi INKA, Erick mengusulkan dana Rp3 triliun lewat Penyertaan Modal Negara (PMN) tunai tahun anggaran 2024. Nantinya, dana tersebut akan digunakan untuk pembelian alat-produksi KRL dan kereta api jenis lainnya pada fasilitasnya yang berada di Banyuwangi.
Menurutnya, saat ini fasilitas produksi INKA di Banyuwangi memiliki kualitas yang baik, karena bekerja sama dengan perusahaan sejenis asal Swiss, Steadler.
"Penyehatan INKA Ini membutuhkan tambahan Rp3 triliun, sehingga terjadi equilibrium antara produksi gerbong dan juga peningkatan jumlah kebutuhan kereta api sendiri," ujar Erick.
Selain di Banyuwangi, INKA juga mempunyai pabrik lain di Madiun, Jawa Timur, yang dikhususkan untuk produksi dalam negeri.
Hasil review BPKP soal impor KRL bekas
Juru bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, sempat mengatakan (31/5) bahwa pihaknya tidak memberikan rekomendasi impor kereta rel listrik (KRL) bekas sebagaimana hasil tinjauan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Hal tersebut, menurutnya, sejalan dengan arahan Menko Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) sekaligus Ketua Tim Nasional Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), Luhut Binsar Pandjaitan, yang tengah mendukung produksi dalam negeri. "Seingat kami, Pak Menko Marves arahannya produksi dalam negeri," kata dia.
Febri memastikan industri dalam negeri siap dan mampu untuk memproduksi armada transportasi massal itu. Dia meminta PT KCI untuk bisa memperbaiki manajemen alur kereta dan penumpang ketimbang harus melakukan impor. Menurutnya, masalah penumpukan penumpang seharusnya bisa diperbaiki melalui sistem manajerial KCI.
Dari hasil tinjauan BPKP terungkap bahwa alasan tidak memberikan persetujuan pengadaan impor KRL bekas karena dianggap tidak mendukung pengembangan industri perkeretaapian nasional.
BPKP menilai pengadaan kereta harus memenuhi spesifikasi teknis yang mengutamakan produk dalam negeri. Ini sesuai Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 175 Tahun 2015 tentang Standar Spesifikasi Teknis Kereta Kecepatan Normal dengan Penggerak Sendiri.