NEWS

Kemenkes Ungkap Kronologi 2 Korban Gagal Ginjal Akut Akibat Obat Sirop

Dua kasus gagal ginjal akut baru ditemukan di Jakarta.

Kemenkes Ungkap Kronologi 2 Korban Gagal Ginjal Akut Akibat Obat Siropilustrasi obat sirop (pexels.com/Cottonbro)
07 February 2023

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Kesehatan mengonfirmasi adanya dua kasus baru gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Jakarta. Penemuan kasus itu mengejutkan karena sudah beberapa bulan tidak ada lagi laporan kasus baru sejak awal Desember tahun lalu.

“Satu kasus konfirmasi GGAPA, dan satu kasus suspek” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. M Syahril, dalam keterangannya, Senin (6/2).

Laporan atas dua kasus itu dilayangkan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Kemenkes pun meminta Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah lain untuk aktif memantau pasien dengan gejala GGAPA, dan segera merujuk ke rumah sakit yang telah ditunjuk Kemenkes untuk menangani pasien dengan gejala tersebut.

Berikut kronologi dua kasus tersebut.

Satu kasus konfirmasi GGAPA melibatkan anak berusia 1 tahun yang awalnya mengalami demam pada 25 Januari 2023 dan diberikan sirop penurun demam dari apotek dengan merek Praxion.

Pada 28 Januari, pasien mengalami batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil. Kemudian, pasien itu dilarikan ke Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta, untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Tiga hari kemudian dia dirujuk ke Rumah Sakit Adhyaksa. Karena ada gejala ginjal akut, sang pasien rencananya akan dirujuk ke RSCM, tapi keluarganya menolak dan meminta pulang.

Pada 1 Februari, orang tua sang pasien membawanya ke RS Polri dan mendapatkan perawatan di ruang IGD. Pasien pun berhasil buang air kecil. Pada hari yang sama, dia dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi fomepizole. Tetapi, baru tiga jam di RSCM, dia dinyatakan meninggal pada pukul 23.00 WIB.

Untuk satu kasus lainnya, Kemenkes masih menetapkan sebagai suspek, yakni anak berusia 7 tahun.  

Anak tersebut terserang demam pada 26 Januari 2023, dan orang tuanya memberikan obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri. Karena tidak kunjung sembuh, pasien dibawa ke Puskesmas pada 30 Januari dan mendapat tablet penurun demam. 

Lalu, pada 1 Februari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan. Karena kondisinya tidak membaik, pasien dibawa ke RSUD Kembangan pada 2 Februari dan lalu mendapat rujukan ke RSCM, yang saat ini masih menjalankan pemeriksaan lebih jauh.

Uji sampel obat masih berlangsung

Pemerintah melakukan tindakan antisipatif dalam menentukan penyebab dua kasus GGAPA baru yang dilaporkan. Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan berbagai pihak mulai dari IDAI, BPOM, ahli epidemiologi, Labkesda DKI, Farmakolog, guru besar, dan Puslabfor Polri untuk memastikan penyebab dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut.

“Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sampel obat dan darah pasien” kata dr. Syahril.

Kementerian Kesehatan akan kembali mengeluarkan surat kewaspadaan kepada seluruh Dinas Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Organisasi Profesi Kesehatan terkait dengan kewaspadaan tanda klinis GGAPA dan penggunaan obat sirop meskipun penyebab kasus baru ini masih memerlukan investigasi lebih lanjut.

BPOM telah hentikan peredaran Praxion

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merilis perintah penghentian sementara produksi dan distribusi obat yang dikonsumsi pasien, yakni Praxion, hingga investigasi selesai dilaksanakan.

Industri farmasi pemegang izin edar obat tersebut telah melakukan voluntary recall (penarikan obat secara sukarela).

BPOM juga telah menelusuri sampel produk obat dan bahan baku, baik dari sisa obat pasien, sampel dari peredaran dan tempat produksi, serta telah diuji di laboratorium Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPPOMN). BPOM juga telah melakukan pemeriksaan ke sarana produksi terkait Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Dengan tambahan kasus baru GGAPA, hingga 5 Februari 2023 telah ada 326 kasus GGAPA dan satu suspek  yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia. Dari sejumlah tersebut, 116 kasus dinyatakan sembuh, sementara enam kasus masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta. 

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.