Menteri Perdagangan: Dampak Perang Perparah Mahalnya Harga Pangan
Upaya swasembada pangan tidak mudah.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, menyatakan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pemerintah.
Kendati demikian, Zulkifli mengatakan kondisi geopolitik sedang ruwet menyusul perang Rusia-Ukraina yang diperparah dengan pertikaian bersenjata antara Israel dengan Palestina.
"Dampaknya luar biasa terhadap harga pangan, bukan hanya naik, tapi meroket. Selain itu, negara-negara menahan stok dan tidak melakukan ekspor pangan," kata dia dalam keterangan yang dikutip Rabu (25/10).
Selain faktor geopolitik itu, faktor alam seperti peristiwa El Nino dan perubahan iklim juga berkontribusi pada lonjakan harga pangan.
"Bukan hanya kita tapi seluruh dunia. Akibat ini semua, terjadi kenaikan harga energi, menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat, dan melemahnya rupiah menaikkan harga-harga pangan. Untuk itu, perlu kebersamaan, perlu langkah nyata," kata dia.
Dengan banyaknya tantangan saat ini, Zulkifli mengatakan pemerintah berupaya sekuat tenaga agar Indonesia dapat menggapai swasembada pangan.
"Agar Indonesia bisa swasembada pangan, diperlukan proses yang panjang. Pemerintah harus hadir untuk mendukung produktivitas petani dengan menyediakan peralatan, bibit, pupuk, serta irigasi. Di sisi lain, pemerintah hadir dengan mengendalikan stabilitas harga pangan untuk melindungi kesejahteraan petani dan menjaga daya beli masyarakat," ujarnya.
Harga makanan berkontribusi terhadap inflasi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, dari 25 jenis bahan makanan, beras merupakan salah satu bahan makanan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.
Komoditas tersebut memiliki sumbangsih paling besar terhadap inflasi bahan makanan (volatile food), yaitu sebesar 3,33 persen sehingga fluktuasi harganya dapat memengaruhi target inflasi nasional.
Saat ini, rata-rata harga beras nasional, baik medium maupun premium, cenderung naik. Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah mengambil beberapa langkah.
Pertama, menyalurkan bantuan pangan beras 640.000 ton dalam tiga bulan kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
Kedua, penggandaan penyaluran Operasi Pasar beras ke pasar dengan memastikan pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras secara terus-menerus dan merata di seluruh Indonesia.
Ketiga, memenuhi pasokan beras SPHP di pasar ritel modern dan pasar tradisional.
Terakhir, membanjiri Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) agar sampai ke tangan konsumen dengan melibatkan pengawasan Satuan Tugas Pangan dan kepolisian.