3 Fakta PM Kanada Mundur, Gejolak Partai hingga Kritikan
Trudeau disebut alami gejolak di partai.
Fortune Recap
- PM Kanada Justin Trudeau mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Liberal dan perdana menteri.
- Pengunduran dirinya akibat gejolak partai, ketidakpuasan internal, dan penurunan popularitasnya di kalangan publik.
- Pemerintahan Trudeau menghadapi kritik dan desakan terkait masalah ekonomi serta pengunduran diri Wakil Perdana Menteri Chrystia Freeland.
Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin Trudeau mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin Partai Liberal pada Senin (6/1) sekaligus menandakan pengunduran dirinya dari posisi perdana menteri.
Trudeau mengumumkan pengunduran dirinya di depan kediamannya, Rideau Cottage, di Ottawa. Dalam pernyataannya, ia berbicara dalam bahasa Inggris dan Prancis. Adapun ia akan tetap menjabat sebagai pemimpin Partai Liberal yang berkuasa sampai partai tersebut memilih penggantinya.
“Saya bermaksud mengundurkan diri sebagai pemimpin partai, sebagai perdana menteri, setelah partai memilih pemimpin berikutnya melalui proses yang kuat, kompetitif, dan berskala nasional,” ujar Trudeau dalam pidatonya, dikutip Selasa (7/1).
Lalu, apa alasan PM Kanada yang telah menjabat sejak 2015 tersebut memutuskan mundur? Berikut beberapa fakta tentang pengunduran diri Justin Trudeau sebagai PM Kanada.
1. Gejolak partai
Menurut berbagai sumber, Trudeau mundur sebagai PM Kanada akibat pertikaian politik di dalam Partai Liberal yang ia pimpin. Melalui keputusannya, pengunduran dirinya menyebabkan Partai Liberal tidak memiliki pemimpin tetap untuk sementara waktu.
Dalam Partai Liberal juga terdapat ketidakpuasan internal dan penurunan popularitas Trudeau di kalangan publik. Akibatnya, muncul keraguan tentang kemampuannya untuk memenangkan pemilu mendatang pada Oktober 2025, terutama dengan makin kuatnya oposisi dari Partai Konservatif.
Trudeau menyatakan bahwa Kanada layak mendapatkan pemimpin baru melalui pemilihan umum berikutnya karena ia merasa tidak lagi menjadi pilihan terbaik. Dengan demikian, Trudeau mengumumkan tidak akan mencalonkan diri sebagai Perdana Menteri Kanada di bawah Partai Liberal.
"Negara ini layak mendapatkan pilihan yang nyata dalam pemilihan umum berikutnya, dan menjadi jelas bagi saya bahwa jika saya harus berjuang dalam pertempuran internal, saya tidak bisa menjadi pilihan terbaik dalam pemilihan tersebut," kata dia.
2. Banjir kritikan dan desakan
Pemerintahan Trudeau menghadapi kritik dan desakan selama beberapa tahun terakhir, terutama terkait masalah ekonomi. Salah satu kritik tajam juga datang dari masyarakat sipil yang menyebut bahwa ia telah gagal mengatasi tingginya biaya hidup di Kanada.
Trudeau juga mendapat sorotan keras dari Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Keuangan, Chrystia Freeland. Freeland menyebut PM Kanada itu telah melakukan tipu muslihat politik.
Pernyataan itu merujuk pada kebijakan libur pajak penjualan selama dua bulan serta kebijakan potongan harga sebesar 250 dolar Kanada untuk sebagian besar pekerja.
Pada Senin (16/12), Freeland mengundurkan diri setelah berselisih dengan Trudeau. Dilansir Reuters, Freeland mengungkapkan pengunduran dirinya dilakukan setelah pertemuan dengan Trudeau. PM Kanada itu memintanya untuk menduduki jabatan lebih rendah setelah keduanya terlibat perdebatan panjang tentang kebijakan pengeluaran.
Pengunduran diri Freeland disebut menjadi salah satu krisis terbesar dalam kepemimpinan Trudeau sejak ia memimpin Kanada pada November 2015. Hal ini membuatnya kehilangan sekutu utama, sementara persiapannya untuk menghadapi pemilu berikutnya makin terancam dengan oposisi dari Partai Konservatif yang makin kuat.
3. Respons Trump atas pengunduran diri Trudeau
Pada hari yang sama saat pengumuman pengunduran diri Justin Trudeau dari jabatan Perdana Menteri Kanada, Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump memberikan tanggapan yang kontroversial.
Trump mengusulkan agar Kanada menjadi bagian dari AS sebagai salah satu negara bagian. Menurutnya, penggabungan kedua negara tersebut akan menghilangkan hambatan perdagangan dan menurunkan pajak bagi warga Kanada.
"Jika Kanada bergabung dengan AS, tidak akan ada tarif, pajak akan turun drastis, dan mereka akan benar-benar aman dari ancaman kapal-kapal Rusia dan Cina yang terus-menerus mengepung mereka," kata Trump.
Namun, Trudeau pada Selasa (7/1) menanggapi dengan tegas usulan presiden terpilih AS yang menyebutkan bahwa Trump mungkin akan menggunakan "kekuatan ekonomi" untuk menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 AS.
"Tidak ada kemungkinan sedikit pun bahwa Kanada akan menjadi bagian dari Amerika Serikat," kata Trudeau dalam postingan di X, dikutip Selasa.
"Pekerja dan komunitas di kedua negara kita mendapat manfaat dari menjadi mitra perdagangan dan keamanan terbesar satu sama lain,” ujar Trudeau.