Belanja Negara 2021 Capai Rp2.786,6 Triliun, Naik 7,4% dari Tahun Lalu
Tak hanya belanja, penerimaan negara juga mulai pulih.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan realisasi sementara belanja negara tahun 2021 mencapai Rp2.786,8 triliun atau 101,3 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp2.750 triliun.
"Artinya negara membelanjakan Rp36,7 triliun lebih tinggi dari APBN, atau tumbuh 7,4 persen dari tahun lalu," ujarnya dalam Konferensi Pers Realisasi APBN 2021 di Jakarta, Senin (3/12).
Ia menjelaskan, tahun lalu realisasi belanja negara juga sudah tinggi yakni mencapai Rp2.595,5 triliun. Namun angka tersebut tak mencapai target APBN 2020 yang sekitar Rp2.700 triliun.
Sementara di tahun ini, realisasi belanja negara berhasil tumbuh 12,4 persen dibandingkan 2019, yakni Rp2.309,3 triliun. Dengan demikian, terlihat belanja negara yang terus tumbuh setiap tahunnya.
"Makanya kalau pendapatan negara tidak bisa mengejar, defisitnya bisa naik. Jadi kalau kita lihat belanja kita masih cukup tinggi," tegas Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, realisasi sementara belanja negara tahun 2021 meliputi belanja pemerintah pusat Rp2.001,1 triliun atau terealisasi 102,4 persen dari target Rp1.954,5 triliun. "Ini artinya pemerintah pusat belanja 9,2 persen lebih tinggi dari tahun lalu, Rp1.833 triliun. Tahun lalu pemerintah pusat itu belanjanya lumayan tinggi, 22,5 persen tumbuhnya," terangnya.
Belanja pemerintah pusat ini ditopang belanja kementerian/lembaga (k/l) yang mencapai Rp1.189,1 triliun atau 15,2 persen di atas anggaran awal yang sebesar Rp1.032 triliun atau tumbuh 12,2 persen dibandingkan tahun lalu. "Belanja k/l dalam hal ini Rp13,2 persen dibandingkan tahun lalu yang Rp1.059,6 triliun yang waktu itu tumbuh di atas 20 persen. Jadi ini belanja k/l menjadi motor luar biasa," imbuhnya,
Sementara belanja non k/l tercatat sebesar Rp812 triliun atau 88 persen dari target APBN Rp922 triliun. "Tapi Rp812 triliun ini pun sudah tumbuh 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang Rp773,3 triliun," jelasnya.
Di luar itu, ada realisasi transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) yang mencapai Rp785,7 triliun atau 98,8 persen dari target Rp795,5 triliun. "Dalam hal ini terlihat belanja pemerintah pusat yang menyebabkan APBN agar bisa countercyclical karena belanja COVID-19, yang memang selain untuk kebutuhan kesehatan, tetapi juga untuk bidang sosial dan belanja lainnya," ucap dia.
Menurut Bendahara Negara, realisasi TKDD relatif stabil dan tumbuh tiga persen jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2020 yang sebesar Rp762,5 triliun.
Penerimaan Negara Mulai Pulih
Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga menyampaikan realisasi penerimaan pajak yang mencapai Rp1.277,5 triliun atau 103,9 persen dari target APBN yang sebesar Rp1.299,6 triliun. Pemasukan pajak yang lebih besar Rp47,9 triliun dari target tersebut menegaskan kembali apa yang sebelumnya disampaikan Kementerian Keuangan bahwa realisasi pajak tahun ini melampaui target.
"Kabar mengenai pajak sudah disampaikan, pada 25 lalu kami menyebutkan sudah menembus 100 persen," jelasnya.
Kemudian, jika dibandingkan tahun sebelumnya, penerimaan pajak juga tumbuh dua digit yakni 19,2 persen. Capaian ini membalikkan keadaan di tahun sebelumnya di mana penerimaan negara dari pajak turun Rp19,6 persen.
"Bayangkan tahun lalu kita terpukul seluruh pembayar pajak kita mengalami tiarap di 19,6 persen kontraksinya, jadi penerimaan pajak di 2019 yang mencapai 1.332,7 triliun, 2020 kembali nyaris hanya Rp1000 triliun Rp1.071 triliun dan sekarang sudah mulai recover," jelasnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani memperinci bahwa penerimaan dari pos bea dan cukai berahasil mencapai Rp269 triliun atau 125,1 persen dari target APBN.
"Rp54 triliun di atas target. Tahun lalu, bea dan cukai mencapai Rp213 triliun dan realtif stable tapi sedikit kontraktif. Ini terutama untuk bea masuk dan keluar yaiut 0,2 persen negatif. Jadi sekarang recovery yang luar biasa. Dibandingkan sebelum Covid, 2019 yang mencapai Rp213,5 triliun, bea cukai sudah jauh di atas pre Covid level Rp269 triliun," jelasnya.
Kemudian, dari pos penerimaan negara bukan pajak (PNBP), capaian 2021 juga cukup tinggi. Dari estimasi APBN yang sebesar Rp228,9 triliun, PNBP yang terealisasi higga 21 Desember mencapai Rp452 triliun.
"Ini 151,6 persen dari PBNP yang ada di APBN, artinya PNBP menyetor Rp153,8 triliun di atas target dan tumbuh 31,5 persen. Bayangkan tahun lalu kontraksinya 15,9 persen. Jadi ini recoverynya jauh melebihi tahun lalu. Jangan lupa tahun ini masih ada Covid-19," tandasnya.