Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Inflasi pada Januari 2024 mencapai 0,04 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan inflasi tersebut menggambarkan peningkatan Indeks Harga Konsumen dari 105,15 pada Desember 2023 menjadi 105,19 pada Januari lalu.
Meski demikian, tingkat inflasi bulanan pada Januari tercatat lebih rendah dibandingkan dengan bulan sama tahun sebelumnya yang sebesar 0,34 persen.
"Tingkat inflasi bulanan Januari 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (1/2).
Secara terperinci, penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Januari berasal dari kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi 0,18 persen dan andil inflasi 0,05 persen.
"Dengan komoditas penyumbang utama inflasi adalah tomat dengan andil inflasi 0,09 persen, bawang merah dengan andil inflasi 0,04 persen, serta beras dengan andil inflasi sebesar 0,03," katanya.
Komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi kelompok tersebut adalah cabai rawit dengan andil deflasi 0,1 persen, serta cabai merah dan tarif akuntansi udara dengan andil deflasi masing-masing 0,09 persen.
Kemudian, jika dilihat berdasarkan komponen pembentuknya, inflasi 0,04 persen mtm pada Januari 2024 dominan didorong oleh inflasi komponen inti (core inflation).
Komponen inti mengalami inflasi 0,20 persen, dengan andil 0,13 persen terhadap inflasi umum.
"Komoditas yang dominan memberikan andil (inflasi komponen inti) adalah emas perhiasan biaya sewa rumah dan biaya kontrak rumah," katanya.
Lalu, komponen harga bergejolak (volatile food) tercatat mengalami inflasi sebesar 0,01 persen dengan andil inflasi yang sangat kecil.
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah tomat bawang merah dan beras," ujarnya.
Sebaliknya, komponen harga diatur pemerintah (administered price) mengalami deflasi -0,48 persen dengan andil sebesar 0,09 persen.
"Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tarif komoditas angkutan udara dan bensin," katanya.
Jika dilihat berdasarkan wilayahnya, terdapat 25 provinsi mengalami inflasi mtm sedangkan 13 lainnya mengalami deflasi mtm. Inflasi tertinggi 1,01 persen terjadi di Provinsi Papua Pegunungan, sementara deflasi terdalam terjadi di provinsi Gorontalo sebesar 0,91 persen.
Berdasarkan data 5 tahun terakhir, lanjut Amalia, inflasi memang selalu terjadi pada Januari, dan didominasi beberapa komoditas pangan bergejolak.
"Namun, inflasi secara umum dapat diredam oleh beberapa komoditas yang mengalami deflasi cukup dalam seperti cabai rawit, cabai merah, serta tarif angkutan udara," ujarnya.
Inflasi tahunan
Dalam kesempatan tersebut, Amalia juga menjelaskan bahwa terjadi inflasi 2,57 persen dari tahun ke tahun (year on year/yoy) pada Januari 2024, serta inflasi sebesar 0,04 persen secara tahun kalender (year to date/ytd).
"Tingkat inflasi tahunan pada Januari 2024 adalah sebesar 2,57 persen atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 102,55 pada Januari 2023 menjadi 105,19 pada Januari 2024," katanya.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, yakni 5,84 persen dengan andil sebesar 1,63 persen terhadap inflasi umum.
"Komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini antara lain adalah beras sigaret kretek mesin bawang putih dan tomat," jelasnya.
Menurut komponen pembentuknya, inflasi yoy pada Januari terjadi pada seluruh komponen. Komponen inti mengalami inflasi tahunan 1,68 persen dengan andil 1,08 persen.
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi di antaranya adalah emas perhiasan gula pasir, biaya kontrak rumah, biaya sewa rumah, dan nasi dan lauk," ujarnya.
Kemudian, komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi tahunan 1,74 persen dengan andil 0,35 persen. "Komoditas yang memberikan adil inflasi adalah sigaret kretek mesin, sigaret tangan segar dan putih mesin, tarif angkutan udara dan tarif angkutan antar kota," katanya.
Komponen harga bergejolak mengalami inflasi 7,22 persen dengan andil 1,14 persen.
"Komoditas yang dominan belum beras bawang putih tomat cabai merah dan daging ayam ras," ujarnya.
Jika dilihat berdasarkan wilayahnya, inflasi secara tahunan terjadi di seluruh provinsi, dengan inflasi tertinggi terjadi di provinsi Papua Tengah dengan 4,76 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kepulauan Bangka Belitung dengan 1,21 persen.