Ekonomi Tertekan, Bank Sentral Tiongkok Pangkas Suku Bunga Acuan
Data-data ekonomi RRT pada Juli 2022 di bawah ekspektasi.
Jakarta, FORTUNE - Bank sentral Tiongkok, People's Bank of China, mengambil keputusan tak terduga dengan memangkas suku bunga acuannya menjadi 2 persen dari 2,1 persen. Sementara itu, suku bunga pinjaman kebijakan satu tahun diturunkan sebesar 10 basis poin menjadi 2,75 persen.
Mengutip Bloomberg, penurunan suku bunga itu terjadi tepat sebelum data yang menunjukkan kembali turunnya harga properti di bulan Juli, serta melemahnya output industri dan penjualan ritel dari yang diproyeksikan para ekonom.
Hingga memasuki pertengahan Agustus, permasalahan ekonomi Negeri Tirai Bambu terus berlanjut ditandai dengan masih banyaknya debitur KPR yang menolak untuk membayar hipotek lantaran pembangunan rumah tak kunjung rampung serta tak kunjung terkendalinya kasus Covid-19 meski penguncian wilayah terus diperluas.
Para ekonom memperkirakan fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun tersebut tidak akan berubah. Bahkan, kemungkinan bank sentral akan kembali memotong suku bunga pinjaman utama mereka pada Agustus. Tetapi tidak jelas seberapa banyak penurunan suku bunga lebih lanjut akan dapat merangsang permintaan.
Sejauh ini, suku bunga kebijakan dan suku bunga pinjaman di Tiongkok juga sudah mencapai rekor terendah. Tetapi permintaan pinjaman merosot pada bulan Juli, dengan total peningkatan kredit baru tetap memasuki jalur paling lambat--setidaknya sejak 2017--karena perusahaan dan rumah tangga menarik kembali pinjaman.
Data resmi pemerintah yang dirilis hari ini menunjukkan angka produksi ritel, investasi dan industri untuk Juli semuanya meleset dari perkiraan ekonom.
Biro Statistik Nasional Tiongkok mencatat produksi industri hanya tumbuh 3,8 persen dari tahun lalu, lebih rendah dari 3,9 persen di Juni dan meleset dari perkiraan ekonom tentang kenaikan 4,3 persen.
Sementara itu, penjualan ritel tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebesar 2,7 persen. Investasi aset memang tetap naik 5,7 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini, namun itu juga lebih buruk dari 6,2 persen yang diproyeksikan oleh para ekonom
Kemudian, tingkat pengangguran kaum muda mencapai rekor 20 persen kendati tingkat pengangguran yang disurvei turun menjadi 5,4 persen dari 5,5 persen.
“Data ekonomi Juli sangat mengkhawatirkan,” kata Raymond Yeung, ekonom Greater China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd. “Kebijakan Covid Zero terus memukul sektor jasa dan meredam konsumsi rumah tangga.”
Sementara itu, di pasar keuangan, imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun Tiongkok turun enam basis poin menjadi 2,67 persen. Ini merupakan level terendah sejak Mei 2020. Nilai tukar Yuan juga memperpanjang kerugian dengan terkoreksi 0,3 persen menjadi 6,7607 per US$.
Di sesi pagi, pasar saham Shanghai bergejolak dengan Indeks acuan CSI 300 turun 0,1 persen pada 11:30 waktu setempat, setelah naik sebanyak 0,7 persen setelah penurunan suku bunga.
Tekanan pasar properti
Di sisi lain, kemerosotan pasar perumahan terus berlanjut, dengan investasi turun 6,4 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini. Seiring dengan kondisi tersebut penjualan hunian juga turun 31,4 persen untuk periode yang sama.
Penurunan ini berbanding lurus dengan lemahnya permintaan barang-barang industri, dengan produksi semen turun 7 persen di bulan Juli dan baja mentah turun 6,4 persen. Menyebrang ke industri elektronik, output penjualan komputer dan ponsel juga turun bulan lalu.
Komitmen Tiongkok terhadap Zero Covid ditengarai sebagai penyebab negara itu kesulitan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya diperoleh dengan susah payah. Terlebih, ancaman pembatasan akibat kenaikan kasus terus membayangi. Agustus lalu, pemerintah melihat lonjakan kasus di pulau resor Hainan, di mana pihak berwenang telah mengunci wisatawan, menangguhkan penerbangan dan menutup bisnis untuk menahan infeksi.
Penjualan restoran turun untuk bulan kelima, menunjukkan pukulan yang diambil oleh industri jasa dari penguncian dan pembatasan di seluruh negara.
Zhang Zhiwei, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management Ltd. karena itu menyebut bahwa penurunan suku bunga tersebut, "lebih merupakan efek sinyal" yang menunjukkan pihak berwenang siap untuk bertindak.
"Dalam hal ukuran tindakan ini, itu cukup terbatas. Untuk membalikkan ekspektasi pasar dan mematahkan spiral ke bawah, mereka perlu melakukan lebih banyak lagi.”