Luhut Tagih Komitmen Negara G20 untuk Transisi Energi Baru Terbarukan
Indonesia butuh Rp16.783 triliun untuk transisi energi.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pemerintah bakal menagih komitmen negara-negara G20 dalam mempercepat transisi energi baru terbarukan (EBT). Hal itu ia sampaikan saat mewakili sambutan Presiden dalam peluncuran forum Transisi Energi G20 pada Kamis (10/2).
Ia berharap, Pertemuan G20 dapat memberikan kesepakatan konkret dalam salah satu pilar utama yang akan dibahas tersebut. "Saya akan meminta komitmen global dari masing-masing G20 leaders untuk bersama-sama menyepakati langkah konkret dalam rangka transisi energi," ujarnya.
Luhut mengatakan transisi energi memerlukan biaya yang sangat besar namun tak boleh menjadi beban bagi negara-negara miskin dan berkembang dan masyarakatnya. Terlebih negara-negara tersebut masih berjibaku dengan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19.
Lantaran itu, ia menilai diperlukan adanya bantuan secara global dari negara-negara lain. Sebab transisi energi menjadi tidak hanya menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia, melainkan jugq tanggung jawab global. Indonesia telah mencapai kesepakatan pada COP 26 untuk memacu pemakaian energi yang ramah lingkungan.
Di samping itu, Indonesia telah menetapkan targetnya untuk mencapai karbon netral pada 2060 atau lebih cepat melalui upaya sendiri dan dukungan internasional.
"Indonesia akan mengangkat tiga hal krusial untuk transisi energi berkelanjutan dan berkeadilan yaitu fokus pada akses, energi, teknologi, dan pendanaan," ungkapnya.
Butuh dana jumbo
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengungkapkan Indonesia membutuhkan investasi sebesar US$1,17 miliar atau sekitar Rp16.783 triliun untuk mencapai net zero emissions di sektor ketenagalistrikan pada 2060.
Angka itu termasuk investasi untuk memensiunkan pembangkit batu bara sebesar US$30,7 juta, serta pembangkit listrik tenaga gas dan minyak masing-masing US$10,351 juta dan US$213 juta. "Untuk bisa mencapai 587 GW power suplai di 2060 di mana 51 persennya berasal dari energi baru terbarukan, kita membutuhkan investasi dalam jumlah besar Jadi," ujarnya dalam Mandiri Investment Outlook 2022, Rabu (9/2).
Lebih lanjut, investasi Rp16,7 kuadriliun itu terdiri dari investasi untuk pembangkit sebesar US$1,043 miliar dan investai transmisi sebesar US$135 miliar. Dengan demikian, jika dihitung dari tahun ini, total investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target net zero emissions di tahun 2060 mencapai US$29 miliar atau Rp415,98 triliun.
"Ini adalah peta jalan yang telah kita rencanakan dan kami berharap bisa menarik investor untuk datang dan bergabung dengan proyek yang dilakukan di Indonesia karena target yang kami miliki cukup ambisius untuk bisa diterapkan. Namun kita harus menjalankannya." jelasnya.