Neraca Perdagangan Indonesia Desember 2022 Surplus US$3,89 Miliar
Neraca dagang RI surplus US$54,46 miliar sepanjang 2022.
Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2022 surplus US$3,89 miliar. Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan ini merupakan surplus ke-32 berturut-turut sejak Mei 2020.
Yang menyebabkan surplus adalah ekspor senilai US$23,83 miliar, sedangkan impornya US$19,94 miliar.
Margo dalam konferensi pers (16/1) mengatakan neraca perdagangan nonmigas masih surplus US$5,61 miliar dengan komoditas penyumbang terbesar seperti bahan bakar mineral (HS27), lemak, dan minyak hewan nabati (HS15) serta besi dan baja (HS72).
"Sementara, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar US$1,73 miliar," kataya sembari menambahkan bahwa komoditas minyak mentah dan hasil minyak menjadi penyumbang terbesar defisit perdagangan migas.
Sementara itu, secara kumulatif neraca perdagangan barang Indonesia surplus US$54,46 miliar atau tumbuh 53,76 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Nilai ekspor Indonesia sepanjang 2022 mencapai US$291,98 miliar atau meningkat 26,07 persen. Sementara impor Indonesia tercatat US$237,52 miliar atau meningkat 21,07 persen.
Surplus neraca perdagangan barang masih ditopang oleh neraca perdagangan nonmigas. "Secara tahunan ekspor kita tumbuh impresif sebesar 53,76 persen, dan kalau dilihat trennya dari waktu ke waktu mengalami peningkatan," katanya.
Margo menjelaskan neraca perdagangan Indonesia juga surplus dengan sejumlah negara mitra, yakni Amerika Serikat, India, dan Filipina.
Dengan Amerika Serikat, Indonesia surplus US$18,89 miliar dengan komoditas terbesar barang-barang rajutan HS61, kemudian mesin peralatan listrik (HS85), serta pakaian jadi bukan rajutan HS62).
Indonesia juga surplus dalam perdagangan dengan India, yakni US$16,16 miliar dengan penyumbang terbesar bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan atau nabati HS15, serta bijih logam perak dan abu (HS26).
Sementara dengan Filipina, Indonesia surplus US$11,41 miliar disumbangkan komoditas bahan bakar mineral (HS27), diikuti kendaraan dan bagiannya (HS87), serta lemak dan minyak hewan nabati (HS15 ).
Perdagangan Indonesia yang defisit antara lain dengan Australia, Thailand dan Cina. Dengan Australia, Indonesia defisit US$6 miliar dengan komoditas bahan bakar mineral (HS27), serelia (HS10), serta bijih logam perak dan abu (HS26)
Ada pula defisit dengan Thailand US$3,96 miliar dengan komoditas penyumbangnya plastik dan barang dari plastik (HS39), gula dan kembang gula (HS17) serta mesin-mesin atau pesawat mekanik (HS84).
Terakhir, defisit neraca perdagangan dengan Cina US$3,61 miliar dengan komoditas penyumbang terbesar mesin-mesin atau pesawat mekanik (HS84), mesin/peralatan listrik (HS85) serta plastik dan barang dari plastik (HS39).