NEWS

Suku Bunga The Fed Naik 0,75 Persen, Menkeu: Sudah Terprediksi

Pemerintah waspadai penurunan kinerja ekspor.

Suku Bunga The Fed Naik 0,75 Persen, Menkeu: Sudah TerprediksiMenteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara CEO Networking 2021, Selasa (16/11). (Dok.Kemenkeu)
18 June 2022

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 0,75 persen pada Rabu (15/6) lalu telah diantisipasi pemerintah. Pasalnya, sejak awal tahun, bank sentral AS tersebut telah menunjukkan sinyal kenaikan suku bunga lebih progresif untuk mengendalikan inflasi di tahun ini.

"Ya kalau kenaikan The Fed, kita sudah antisipasi karena kenaikan inflasi (di Amerika Serikat) kemarin masih tetap tinggi jadi kita harus mempersiapkan langkah penetapan moneternya," ujarnya usai acara Temu Prakerja di Sentul International Convention Center, Bogor, Jumat (18/6).

Sementara itu, dari sisi kebijakan fiskal, Pemerintah akan terus fokus untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi. Karena itu stabilitas perekonomian dalam negeri perlu terus dijaga, salah satunya dengan koordinasi erat antar lembaga melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan.

"Kita kebijakna makronya sudah disampaikan selama ini, fiskal policy kita dan moneter akan terus menjaga antara momentum pemulihan dengan stabilitas, jadi antisipasi kan kita sudah sampaikan, signal the fed sampai akhir tahun di atas sekitar 3 persen itu kan masuk dalam perhitungan kita, termasuk pembahasan APBN 2023 nanti," imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga menyampaikan potensi merosotnya kinerja ekspor Indonesia akibat pengetatan moneter yang dilakukan The Fed dan juga sejumlah negara maju di dunia.

Sebab, menurutnya, kebijakan itu akan membuat pertumbuhan ekonomi di Uni Eropa menjadi negatif. "Kalau di global dengan kenaikan suku bunga, pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat mungkin akan negatif, pengaruhnya nanti kita harus lihat dari sisi ekspor harga komoditas," tandasnya.

Kenaikan tertinggi sejak 1994

Sebagai informasi, kenaikan suku bunga The Fed sebesar 0,75 persen merupakan yang paling tinggi sejak November 1994. Meski demikian, kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan belum akan berhenti dan berlanjut hingga level 3,4 persen pada akhir tahun.

Pasalnya, Federal Open Market Committee (FOMC) sebagai pihak yang berwenang menetapkan kebijakan menegaskan kembali pihaknya tetap "berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen".

Kini, Anggota Komite melihat proyeksi tingkat suku bunga akhir tahun sebesar 3,4 persen, naik dari proyeksi 1,9 persen pada Maret, menurut perkiraan median triwulanan.

Terkait hal ini, Gubernur The Fed Jerome Powell akan mengadakan konferensi pers untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang rencana bank sentral AS tersebut menyusul kenaikan suku bunga tertinggi ini.

Adapun menurut FOMC efek invasi Rusia ke Ukraina juga jadi faktor kenaikan suku bunga karena turut "menciptakan tekanan tambahan pada inflasi dan membebani aktivitas ekonomi global."

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.