Harga Rumah Mewah Naik Hingga 17%, Permintaan Tinggi di Kawasan Penyangga Jakarta

Jakarta, FORTUNE - Pasar properti Indonesia menunjukkan dinamika menarik di tengah tekanan ekonomi global dan stagnasi pendapatan masyarakat. Laporan terkini dari Pinhome yang dipaparkan dalam talkshow "Tren dan Strategi Properti Kelas Menengah Atas: Relevansi di Masa Ketidakpastian" pada Rabu (18/6) mencatat tren harga rumah dan sewa berdasarkan data Pinhome Home Value Index (PHVI) dan Pinhome Home Rental Index (PHRI) untuk kuartal I 2025.
Menurut CEO dan Founder Pinhome, Dayu Dara Permata, minat masyarakat terhadap rumah kelas menengah atas dan mewah meningkat signifikan. “Lebih dari 50 persen pengguna Pinhome kini aktif mencari rumah di segmen menengah atas dan mewah, dengan pertumbuhan pencarian mencapai 22 persen dan 21 persen secara kuartalan,” katanya.
Di wilayah Jabodetabek, harga rumah untuk tipe 50–120 m² dan 121–200 m² cenderung stabil. Beberapa daerah seperti Tanjung Priok dan Cakung justru mencatat kenaikan harga masing-masing sebesar 5 persen dan 3 persen.
Sementara itu, wilayah Cilincing dan Kemayoran mengalami penurunan harga sebesar -6 persen dan -4 persen . Untuk rumah mewah tipe ≥201 m², tren kenaikan masih terjadi, termasuk di Cilandak dan Kelapa Gading, serta di Kota Bogor (4 persen ) dan Kabupaten Bogor (3 persen).
Tren serupa juga terlihat di luar Jabodetabek. Di Pekanbaru, harga rumah mewah (≥201 m²) naik hingga 17 persen, tertinggi secara nasional. Kenaikan juga terjadi di Mataram dan Kabupaten Lombok Barat sebesar 10 persen. Denpasar dan Badung mencatat pertumbuhan harga rumah sebesar 2–5 persen untuk tipe 55–200 m². Sebaliknya, Kota Semarang mencatat penurunan harga sewa di seluruh tipe rumah setelah sempat naik pada kuartal sebelumnya.
Harga sewa rumah juga relatif stabil, tapi Jakarta Timur mencatat lonjakan sewa yang cukup tinggi, yakni 10 persen untuk rumah tipe 55–120 m² dan 7 persen untuk tipe 121–200 m². Kota Bogor juga mengalami kenaikan harga sewa sebesar 9 persen pada tipe 121–200 m². Sementara untuk tipe mewah, harga sewa meningkat signifikan di Kota Bekasi (15 persen) dan Kota Bogor (12 persen).
Minat terhadap rumah mewah masih tinggi
Permintaan rumah juga tetap tinggi di kawasan penyangga Jakarta. APEX Real Estate, sebagai agen properti eksklusif, mencatat area seperti Tangerang, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Sawangan Depok masih menjadi lokasi favorit. Kisaran harga yang paling diminati berada di antara Rp500 juta hingga Rp2 miliar.
Menurut Head of Business Development APEX, Melia Silmina, pembeli end-user masih mendominasi, tapi investor mulai kembali aktif terutama pada proyek dengan potensi sewa tinggi.
Di sisi pembiayaan, Bank Muamalat melalui produk KPR iB Hijrah menawarkan skema berbasis akad syariah untuk menjawab kebutuhan nasabah di tengah ketidakpastian ekonomi. SEVP Operations Bank Muamalat, Dedy Suryadi Dharmawan menjelaskan bahwa skema ini hadir dengan pilihan angsuran tetap maupun angsuran bertahap.
“Dengan kekhasannya, produk pembiayaan KPR iB Hijrah berlandaskan akad syariah yang sesuai kebutuhan dan rencana keuangan nasabah,” ujarnya.
Dayu Dara juga menyoroti meningkatnya minat masyarakat terhadap skema pembiayaan syariah di Pinhome, termasuk dari kalangan nonmuslim. Ia menyebut bahwa faktor kepastian menjadi alasan utama, bukan semata karena latar belakang agama.
“Pembiayaan syariah sekarang semakin diminati, bahkan oleh orang nonmuslim. Jadi ini bukan masalah agama, tetapi soal kepastian. Itu hal yang banyak orang sadari saat mereka membeli rumah pertama dan KPR-nya masuk masa floating—betapa ketidakpastian itu mengkhawatirkan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa lebih dari 30 persen pengguna pembiayaan syariah di Pinhome berasal dari kalangan nonmuslim. Ia juga mencatat bahwa pertumbuhan pembiayaan syariah saat ini melaju lebih cepat dibanding pembiayaan konvensional. “Ke depannya adalah bagaimana membuat pembiayaan syariah ini lebih inklusif, karena orang mencari kepastian,” katanya.
Di tengah tantangan ekonomi yang masih berlangsung, laporan ini menunjukkan bahwa pasar properti menengah atas dan mewah tetap bertahan bahkan tumbuh. Kombinasi data pasar yang transparan, digitalisasi layanan, dan skema pembiayaan adaptif menjadi faktor utama yang mendorong keberlanjutan sektor properti di Indonesia.