Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Konflik Timteng, Harga Minyak Global Terancam Melonjak hingga US$120

ilustrasi tambang minyak (pexels.com/Zukiman Mohamad)
Intinya sih...
  • Harga minyak global terancam tembus US$120 per barel akibat eskalasi konflik di Timur Tengah setelah serangan AS ke Iran.
  • Selat Hormuz, jalur vital ekspor energi dunia, berisiko ditutup oleh Iran sebagai langkah pembalasan, dapat menyebabkan lonjakan harga minyak Brent.
  • Proyeksi Goldman Sachs: gangguan di Selat Hormuz bisa dorong harga minyak hingga US$110-120 per barel.

Jakarta, FORTUNE - Harga minyak global terancam melonjak tajam hingga US$120 per barel menyusul eskalasi konflik di Timur Tengah. Ini terjadi setelah Amerika Serikat melancarkan serangan langsung ke situs nuklir utama Iran. Serangan tersebut tidak hanya meningkatkan ketegangan kawasan, tapi juga menempatkan Selat Hormuz—jalur vital ekspor energi dunia—dalam risiko serius.

Menurut laporan Fortune, Selasa (23/6), serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran memperdalam konflik yang telah berlangsung sejak serangan udara besar-besaran oleh Israel satu setengah minggu sebelumnya. Sebagai produsen minyak utama dunia, Iran memegang peranan strategis dalam stabilitas pasokan energi global.

Selat Hormuz merupakan titik kritis bagi perdagangan minyak dunia. Sekitar 21 juta barel minyak, setara 21 persen konsumsi dunia, mengalir setiap harinya melalui selat sempit tersebut. Parlemen Iran dilaporkan telah menyetujui rencana penutupan Selat Hormuz sebagai langkah pembalasan. Namun, persetujuan dari otoritas keamanan belum diberikan.

Penutupan selat ini diperkirakan memerlukan pengerahan ranjau laut, kapal patroli, rudal jelajah, dan kapal selam. Proses pembersihan jalur pelayaran yang terganggu diperkirakan memakan waktu berbulan-bulan.

George Saravelos, Kepala Riset Valas Deutsche Bank, dalam analisisnya menyatakan bahwa gangguan total terhadap pasokan minyak Iran serta penutupan Selat Hormuz dapat mendorong harga minyak Brent melonjak ke atas US$120 per barel.

Firma analisis energi Kpler memperkirakan harga minyak mentah akan dibuka dengan gap naik tajam antara 7% hingga 10% akibat lonjakan premi risiko. Kenaikan 10% dari harga penutupan Brent sebelumnya akan mendorong harga ke kisaran US$85 per barel.

Namun, Kpler menilai respons Iran kemungkinan tetap terbatas dan tidak serta-merta berujung pada aksi balasan ekstrem seperti penutupan selat atau serangan terhadap infrastruktur energi di negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan UEA. Kpler bahkan memprediksi produksi OPEC+ bisa meningkat lebih awal pada Agustus mendatang sebesar 411.000 barel per hari atau lebih untuk menstabilkan pasar.

Reuters melaporkan Goldman Sachs menyebut skenario yang juga mengkhawatirkan. Jika gangguan di Selat Hormuz berlangsung satu bulan dan mengurangi aliran minyak hingga separuhnya, harga minyak mentah bisa melonjak hingga US$110 per barel. Jika gangguan itu berlangsung sepanjang tahun dengan penurunan 10 persen dari kapasitas ekspor, rata-rata harga Brent akan berada pada kisaran US$95 per barel pada kuartal IV-2025.

Goldman Sachs juga memproyeksikan penurunan pasokan Iran sebesar 1,75 juta barel per hari selama enam bulan dapat memicu lonjakan harga Brent hingga US$90, sebelum perlahan turun ke level US$60-an pada 2026. Dalam skenario produksi Iran tetap rendah secara berkelanjutan, harga minyak bisa stabil pada kisaran US$70–80 dalam dua tahun mendatang.

Meskipun ada dorongan dari dalam negeri untuk melakukan pembalasan dengan menutup Selat Hormuz, pilihan tersebut memiliki risiko besar bagi Iran sendiri. Lebih dari 90 persen ekspor minyak Iran dikirim ke Cina melalui jalur ini. Menutup selat berarti Iran juga menghentikan ekspornya sendiri, menghancurkan perekonomian domestik yang sudah tertekan sanksi.

Goldman Sachs menilai, insentif ekonomi—baik bagi AS, Cina, maupun negara-negara lain—untuk mencegah gangguan jangka panjang di Selat Hormuz sangat kuat. Dengan demikian, meskipun ketegangan meningkat, langkah-langkah untuk menahan eskalasi tetap terbuka lebar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us