Korban Tewas dari Kalangan Pers di Gaza Telah Mencapai 238 Orang

- Militer Israel mengakui bertanggung jawab atas pembunuhan jurnalis Al Jazeera di Gaza.
- Reporter radio lokal Sawt Al-Asra, Nader Abu Al-Qumsan, dan istri serta anaknya menjadi korban serangan udara Israel.
Jakarta, FORTUNE - Militer Israel secara terbuka mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan seorang jurnalis Al Jazeera, sebuah pengakuan langka yang datang di tengah lonjakan angka kematian pekerja pers di Gaza. Tragedi kemanusiaan yang menyasar insan media ini terus memburuk, dengan korban tewas terbaru menjadikan total jurnalis yang gugur sejak 7 Oktober 2023 mencapai 238 orang.
Kabar duka terbaru datang dari Kota Gaza. Seorang reporter radio lokal Sawt Al-Asra, Nader Abu Al-Qumsan, kehilangan nyawa bersama istri dan anak-anaknya setelah serangan udara Israel menghantam kediaman mereka.
Menurut laporan yang dilansir al24news.dz, kematian Al-Qumsan menambah daftar panjang kekejaman terhadap pers di wilayah kantong tersebut. Kantor media pemerintah Gaza mengonfirmasi angka 238 jurnalis yang telah terbunuh hingga saat ini.
Secara terpisah, dalam perkembangan signifikan yang dilaporkan oleh Al Jazeera pada Senin (11/8), militer Israel mengakui perannya dalam pembunuhan Ismail al-Sharif, seorang koresponden Al Jazeera lainnya. Pengakuan ini memvalidasi tuduhan yang selama ini disuarakan oleh berbagai pihak tentang penargetan jurnalis secara sengaja.
Al Jazeera Media Network mengecam keras tindakan tersebut dan menuntut keadilan serta akuntabilitas atas kejahatan perang yang menimpa krunya.
Rentetan serangan terhadap jurnalis ini terjadi di tengah krisis kemanusiaan yang kian parah di seluruh Jalur Gaza. Laporan Al Jazeera pada Minggu (10/8) menyoroti bahwa agresi Israel yang tiada henti terus memakan korban sipil. Lebih dari itu, blokade dan kelaparan sistematis telah menyebabkan sedikitnya 212 orang meninggal akibat kekurangan gizi ekstrem.
Kondisi ini menciptakan lingkungan kerja yang mustahil dan mematikan bagi para jurnalis. Mereka tidak hanya berisiko terkena serangan langsung, tetapi juga menghadapi ancaman kelaparan dan penyakit yang sama seperti warga Gaza lainnya, sembari terus berupaya menyuarakan kebenaran dari lapangan.