Lobi Sukses, AS Bebaskan Bea Masuk Tembaga Indonesia Jadi 0 Persen

- Pemerintah membebaskan produk tembaga dari bea masuk AS, dikenakan tarif nol persen.
- Kesepakatan ini hasil dari negosiasi lanjutan antara Indonesia dan AS untuk penurunan tarif komoditas strategis.
- Proses negosiasi masih berlangsung, pemerintah optimistis beberapa produk akan memperoleh tarif lebih rendah.
Jakarta, FORTUNE - Pemerintah mengamankan pembebasan bea masuk untuk produk tembaga yang diekspor ke Amerika Serikat (AS), menetapkan tarifnya menjadi nol persen. Keberhasilan lobi ini menghindarkan ekspor tembaga nasional dari ancaman tarif resiprokal 19 persen yang sedianya dijadwalkan berlaku mulai 7 Agustus 2025.
Kabar baik bagi para eksportir ini disampaikan langsung oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani. Ia menegaskan kesepakatan tersebut merupakan hasil negosiasi lanjutan di antara kedua negara.
“Kebetulan untuk copper [tembaga] kita sudah disetujui 0 persen. Nikel sudah kita mintakan juga,” kata Rosan dalam acara Indonesia-Japan Executive Dialogue 2025 di Jakarta, Rabu (6/8).
Rosan menambahkan, pemerintah tidak berhenti pada tembaga. Upaya diplomasi dagang terus diintensifkan demi mendapatkan relaksasi tarif bagi komoditas unggulan lainnya, seperti nikel dan kelapa sawit.
“Kelihatannya nikel dan yang lain-lain itu akan disetujui juga. Mungkin tidak 0 persen, tetapi jauh di bawah 19 persen,” katanya optimistis.
Proses negosiasi dengan Perwakilan Dagang AS (United States Trade Representative/USTR) masih terus berlangsung. Menurut Rosan, fokus utama tim negosiator Indonesia di Washington saat ini adalah untuk produk-produk strategis yang tidak diproduksi di AS.
Meskipun kesepakatan untuk tembaga telah tercapai, Rosan mengakui waktu pemberlakuan resmi tarif nol persen ini belum dapat dipastikan. Hal ini menjadi krusial mengingat rencana penerapan tarif balasan 19 persen oleh AS dijadwalkan per 7 Agustus 2025.
Secara terpisah, Menteri Perdagangan, Budi Santoso, mengonfirmasi bahwa proses negosiasi dagang Indonesia-AS masih berjalan intensif. Pemerintah menargetkan kesepakatan final dapat tercapai sebelum 1 September 2025.
“Kita berharap sebelum 1 September 2025 prosesnya rampung. Fokusnya adalah mendapatkan penurunan tarif untuk komoditas yang tidak diproduksi di Amerika,” ujar Budi di Jakarta, Senin (5/8).
Budi optimistis posisi tawar Indonesia di hadapan AS tetap kuat, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara pesaing di kawasan ASEAN. Keunggulan kompetitif ini menjadi modal utama dalam negosiasi untuk mendapatkan tarif bea masuk yang lebih bersahabat di pasar AS.