Efek Pandemi, Konsumen Indonesia Makin Selektif Memilih Brand
Faktor biaya, lingkungan, dan kepercayaan jadi pertimbangan.
Jakarta, FORTUNE – Laporan terbaru Google menunjukkan tren perubahan perilaku konsumen dalam memilih brand seiring kondisi makro belakangan, termasuk pandemi Covid-19. Raksasa mesin pencarian internet itu menyatakan konsumen semakin memahami makna brand melebihi soal harga dan kenyamanan.
Dalam laporan bertajuk "Year in Search 2022", Google mengamati perubahan perilaku konsumen Indonesia dari tahun ke tahun. Hasilnya, orang Indonesia saat ini lebih mendasarkan keputusan pembelian pada aspek value for money dan tingkat kepercayaan terhadap brand.
“Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa laporan tahun ini mencatat banyak sekali momen yang bisa dijadikan perenungan mendalam,“ ungkap Yolanda Sastra, Head of Ads Marketing, Google Indonesia dalam rilis pers, dikutip Jumat (17/2).
Konsumen, misalnya, semakin aktif mencari nilai dan pengetahuan dari suatu brand, seperti tampak dari penelusuran dengan kata kunci “bandingkan dengan” yang naik 50 persen secara tahunan. Konsumen dikatakan membandingkan produk sebelum membuat keputusan pembelian.
Selain itu, penelusuran untuk kata kunci “review konsumen” dan “produk original” masing-masing meningkat 60 persen dan 20 persen.
Biaya dan lingkungan
Menurut Yolanda, brand saat ini mesti lebih peka dengan keadaan pandemi yang berkepanjangan, serta kondisi perekonomian global yang masih tak pasti. Pasalnya, semakin banyak orang yang melakukan penelusuran kata kunci seperti “kenapa harga naik” (meningkat 120 persen), dan “apa itu inflasi” (naik 50 persen).
“Kami berupaya untuk memahami bukan hanya perubahan cara belanja orang Indonesia, tetapi juga cara mereka bekerja dan cara memahami masa depan dalam kondisi ekonomi yang berubah sangat cepat,” ujarnya.
Riset Google menggarisbawahi soal konsumen Indonesia yang semakin menaruh perhatian terhadap masalah keberlanjutan. Buktinya, pencarian dengan kata kunci berikut mengalami kenaikan, yakni kendaraan listrik (80 persen), keberlanjutan (60 persen), jejak karbon (50 persen), dan sampah makanan (50 persen).
Perusahaan teknologi itu merekomendasikan sejumlah langkah yang dapat dilakukan brand untuk strateginya. Misalnya, penerapan strategi pemasaran inklusif, atau menemui pembeli di mana pun lokasinya secara offline maupun online, juga merespons permintaan konsumen secara real time.