Mengenal Bahan Bakar Alternatif Biodiesel: Arti dan Manfaatnya
Salah satu bahan baku biodiesel adalah kelapa sawit.
Jakarta, FORTUNE – Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi untuk mesin atau motor berbahan bakar diesel. Bahan bakar tersebut berasal dari sumber daya yang bisa diperbarui sehingga lebih ramah lingkungan.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), biodiesel merupakan bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin atau motor diesel, yang berupa ester metil asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME), serta terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi.
Dalam istilah yang lebih sederhana, biodiesel adalah bahan bakar terbarukan berbahan baku lemak hewani, maupun nabati berupa FAME.
Biodiesel ini telah lama disebut sebagai pengganti minyak bumi (Petroleum Diesel), menurut laman PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.
Kilas balik, pembuatan biodiesel perdana dilakukan oleh E.Duffy dan J.Patrick pada 1853, bahkan sebelum mesin diesel pertama kali ditemukan.
Selang 40 tahun, Rudolf Diesel berhasil merakit mesin diesel pertama pada tahun 1893 di Augsburg, Jerman, yang kemudian diperkenalkan di World’s Fair di Paris, Prancis. Saat itu, mesin diesel masih dioperasikan menggunakan biodiesel yang terbuat dari minyak kacang tanah.
Saat ini, biodiesel dapat dibuat dari berbagai bahan baku, serta menggunakan bermacam-macam teknik, termasuk esterifikasi dan trans-esterifikasi. Salah satu minyak nabati penghasil bahan bakar biodiesel adalah minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO). Selain dari CPO, bahan baku biodiesel antara lain tanaman jarak, jarak pagar, kemiri sunan, kemiri cina, nyamplung dan lain-lain.
Fungsi dan kegunaan biodiesel
Sebagaimana disinggung di awal, biodiesel dapat digunakan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) untuk jenis solar atau diesel, menurut Kementerian ESDM.
Dikutip dari laman solarindustri.com, Biodiesel adalah salah satu contoh dari bahan bakar dengan sumber daya alam yang dapat diperbarui. Dengan memiliki bahan dasar dari tumbuhan, biodiesel dapat menggantikan peran diesel atau solar yang menggunakan minyak bumi sebagai bahan dasarnya.
Sebaliknya, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Banyak ilmuwan telah mengemukakan bahwa sumber bahan bakar ini akan segera habis dari perut bumi dalam waktu yang singkat.
Pun demikian, biodiesel ini menghasilkan emisi yang jauh lebih sedikit ketimbang energi fosil seperti minyak bumi. Dengan begitu, biodiesel ini tentu saja ramah lingkungan, dan aman digunakan. Menurut Asosiasi Produsen Bioefuel Indonesia (Aprobi), selama 2020, biodiesel berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 22,46 juta ton.
Tak hanya itu, berbeda dengan bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam yang suatu saat akan habis dan tidak bisa diperbarui, biodiesel berasal dari bahan baku yang terbarukan, seperti minyak sawit dan sejumlah tanaman.
Berikut sejumlah manfaat dan keunggulan biodiesel, seperti dilansir dari laman solarindustri.com.
- Mengurangi emisi karbon monoksida
- Limbah nabati berkurang
- Aman dalam penyimpanan karena tidak mengandung racun
- Tidak memerlukan teknologi tinggi dalam proses pembuatan
- Limbah dari proses pengolahan biodiesel berupa zat cair atau gliserin dapat melalui pengolahan kembali menjadi bahan utama pembuatan sabun.
Kebijakan Indonesia soal biodiesel
Pemerintah Indonesia menggulirkan sejumlah kebijakan demi mendorong pemanfaatan biodiesel. Melalui program B20 dengan bahan baku utama sawit, pemerintah mewajibkan pencampuran 20 persen biodiesel dengan 80 persen BBM solar.
Dasar program B20 yang telah dilaksanakan sejak 2016 ini adalah Peraturan Menteri ESDM No. 12 tahun 2015 tentang tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM No. 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.
Menurut Kementerian ESDM, jenis sektor yang wajib menerapkan B20 ini, di antaranya usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum/ PSO (Public Service Obligation), transportasi non PSO, dan industri dan komersial. Lalu, pada 2018, mandatori B20 dijalankan secara masif di semua sektor, termasuk industri pertambangan, dan kelistrikan.
Pemerintah menyebut mandatori B20 ini merupakan program yang dilaksanakan untuk mendukung percepatan pengembangan energi baru dan terbarukan, mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, memberikan penghematan devisa melalui pengurangan impor solar, dan meningkatkan pemanfaatan ekonomi sawit.
Lalu, pemerintah meningkatkan implementasinya dengan menggulirkan program B30 yang dimulai pada 2020. Kebijakan tersebut mewajibkan pencampuran 30 persen biodiesel dengan 70 persen BBM solar.
Menurut Kementerian ESDM, peningkatan pencampuran biodiesel dengan bakan bakar minyak jenis solar dilaksanakan karena melihat keberhasilan implementasi Program B20, serta selaras dengan target pencampuran biodiesel yang tertuang pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015. Di sisi lain, penerapan B30 juga diharapkan dapat semakin mengurangi laju impor BBM sehingga meningkatkan devisa negara