Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal Fenomena Aphelion 2025, Benarkah Pemicu Suhu Lebih Dingin?

Fenomena Aphelion 2025.png
Ilustrasi Fenomena Aphelion (Dok. Time and Date)
Intinya sih...
  • Aphelion adalah titik terjauh Bumi dari Matahari, memengaruhi durasi musim tapi tidak berpengaruh signifikan pada suhu permukaan.
  • Faktor utama penentu musim dan variasi suhu global adalah kemiringan sumbu rotasi Bumi sebesar 23,4 derajat, bukan jarak Bumi dari Matahari.
  • Suhu dingin di Indonesia lebih dipengaruhi oleh fenomena atmosferik lokal seperti udara kering dari Australia selama musim kemarau.

Jakarta, FORTUNE - Pada 4 Juli 2025, Bumi mencapai titik terjauhnya dari Matahari dalam orbit tahunannya. Fenomena ini dikenal sebagai fenomena aphelion. Setiap pertengahan tahun, momen ini kerap memicu diskusi di tengah masyarakat, apalagi jika disertai dengan penurunan suhu udara seperti yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia belakangan ini.

Namun, benarkah aphelion menjadi penyebab utama suhu udara yang terasa lebih dingin? Simak penjelasan lebih dalam mengenai fenomena astronomi ini dan pengaruhnya terhadap iklim Bumi.

Apa itu aphelion?

Aphelion adalah titik dalam orbit elips Bumi di mana jaraknya paling jauh dari Matahari. Karena lintasan orbit Bumi bukan berbentuk lingkaran sempurna, terdapat dua titik ekstrem dalam pergerakannya, yaitu perihelion (titik terdekat) dan aphelion (titik terjauh).

Nah, pada 4 Juli 2025 pukul 15.54 EDT, Bumi berada sekitar 152 juta kilometer dari Matahari. Sebagai perbandingan, saat perihelion pada 4 Januari 2025, jaraknya hanya sekitar 147 juta kilometer. Selisih sekitar 5 juta kilometer ini memang memengaruhi jumlah radiasi Matahari yang diterima Bumi, tapi dampaknya terhadap suhu permukaan tidak terlalu signifikan.

Meski begitu, aphelion tetap memiliki pengaruh kecil terhadap durasi musim. Menurut NASA, karena Bumi bergerak lebih lambat saat berada di aphelion, maka musim panas di belahan Bumi utara cenderung berlangsung sedikit lebih lama dibanding musim panas di selatan — sekitar empat hari.

Musim saat aphelion terjadi

Banyak yang mengira bahwa semakin jauh jarak Bumi dari Matahari, maka seharusnya seluruh wilayah di Bumi akan menjadi lebih dingin. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar.

Faktor utama penentu musim dan variasi suhu global adalah kemiringan sumbu rotasi Bumi sebesar 23,4 derajat. Saat aphelion terjadi, belahan Bumi utara justru sedang condong ke arah Matahari dan mengalami musim panas. Sebaliknya, belahan selatan, termasuk Indonesia, condong menjauhi Matahari dan mengalami hari-hari yang lebih singkat dan suhu yang lebih sejuk.

Inilah mengapa di saat beberapa wilayah Indonesia mengalami hawa dingin, negara-negara bagian di Amerika Serikat justru menghadapi gelombang panas (heatwave) di musim panasnya.

Waktu terjadinya aphelion dan perihelion

Bagi Anda yang tertarik mengikuti fenomena astronomi ini, berikut jadwal aphelion dan perihelion dalam beberapa tahun ke depan:

2025

  • Perihelion: 4 Januari

  • Aphelion: 4 Juli

2026

  • Perihelion: 4 Januari

  • Aphelion: 7 Juli

2027

  • Perihelion: 3 Januari

  • Aphelion: 5 Juli

Apakah aphelion penyebab suhu dingin di Indonesia?

Seiring fenomena aphelion 2025, beredar pesan berantai di media sosial yang mengeklaim bahwa cuaca dingin di Indonesia disebabkan oleh jarak Bumi yang menjauh dari Matahari. Bahkan, informasi tersebut menyebut risiko kesehatan seperti flu, batuk, hingga sesak napas akibat aphelion.

Padahal, secara ilmiah, klaim tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, suhu dingin di Indonesia lebih dipengaruhi oleh fenomena atmosferik lokal, yakni Monsun Australia—angin musiman dari tenggara yang membawa udara kering dan dingin ke wilayah selatan khatulistiwa.

“Hawa dingin sekarang lebih dominan disebabkan oleh kejadian di selatan khatulistiwa, terutama wilayah Jawa Tengah dan Timur, karena adanya udara kering dari Australia,” jelas Ardhasena dalam konferensi pers virtual (7/7).

Udara kering yang masuk selama musim kemarau ini minim uap air, sehingga tidak banyak awan yang terbentuk. Kondisi ini membuat panas yang dipancarkan dari permukaan Bumi pada malam hari langsung terlepas ke luar angkasa, menyebabkan suhu terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari.

Fenomena ini dalam budaya masyarakat Jawa dikenal sebagai mbediding, sensasi dingin menusuk tulang yang umum terjadi selama musim kemarau.

Aphelion bukan pemicu suhu dingin di Indonesia

Fenomena Aphelion 2025 adalah peristiwa astronomi tahunan yang terjadi secara alami dan dapat diprediksi. Meski menarik secara ilmiah, tidak ada bukti kuat bahwa aphelion secara langsung menyebabkan suhu lebih dingin, apalagi hanya di wilayah-wilayah tertentu seperti Indonesia.

Suhu dingin yang dirasakan masyarakat saat ini lebih disebabkan oleh kombinasi faktor musiman: masuknya angin kering dari Australia, rendahnya kelembapan udara, minimnya awan, dan intensitas radiasi panas yang tidak tertahan di atmosfer.

Jadi, jika Anda merasa udara malam belakangan ini makin menggigit, bukan karena Bumi menjauh dari Matahari, melainkan karena dinamika cuaca musiman yang biasa terjadi setiap tahun.

Semoga informasi ini bermanfaat, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tubagus Imam Satrio
Yunisda DS
Tubagus Imam Satrio
EditorTubagus Imam Satrio
Follow Us