Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mentan Klaim Ketahanan Pangan RI Tak Terganggu Impor dari AS

WhatsApp Image 2025-07-17 at 14.58.12.jpeg
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat ditemui di Gedung RRI, Jakarta, menjelaskan bagaimana dampak tarif resiprokal yang diberlakukan AS terhadap ketahanan pangan nasional, Kamis (17/7). (Eko Wahyudi/Fortune Indonesia)
Intinya sih...
  • Ketahanan pangan RI diklaim tidak terganggu oleh impor produk pertanian AS senilai US$4,5 miliar.
  • Penurunan tarif reiprokal dari 34 persen menjadi 19 persen membuka peluang besar bagi sektor pertanian Indonesia.
  • Kesepakatan tersebut mencakup komoditas gandum dan CPO, dengan Indonesia memiliki posisi cukup kuat dalam pasar AS.

Jakarta, FORTUNE - Menteri Pertanian menegaskan bahwa program ketahanan pangan nasional tidak akan terganggu oleh kesepakatan impor produk pertanian dari Amerika Serikat senilai US$4,5 miliar yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Menurutnya, kesepakatan tersebut justru membuka peluang besar bagi sektor pertanian Indonesia, terutama karena penurunan tarif reiprokal dari sebelumnya 34 persen menjadi hanya 19 persen.

"Kalau tidak salah, Malaysia saja sekitar 25 persen. Artinya ada celah besar untuk produk pertanian kita," kata dia saat ditemui di Gedung RRI, Jakarta, Kamis (17/7).

Ia menambahkan bahwa komoditas utama dalam kesepakatan tersebut adalah gandum, yang memang selama ini bukan produk unggulan dalam negeri dan lebih banyak diimpor. Karena itu, ia menilai tidak akan ada dampak negatif bagi ketahanan pangan nasional.

"Kemudian jagung, kalau kita cukup produksi, ya tidak perlu impor. Kan ada rekomendasi dari Kementan juga. Jadi saya kira tidak masalah," ujarnya.

Selain gandum, produk turunan kelapa sawit seperti CPO juga menjadi perhatian. Sebagai produsen terbesar dunia, Amran menilai posisi Indonesia cukup kuat karena tarif impor ke AS lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia.

“Kalau CPO kita masuk [ke AS], yang mana menang? Ya Indonesia,” katanya.

Meski begitu, ia tak menampik produksi CPO Indonesia dalam lima tahun terakhir cenderung stagnan 50 juta ton. Namun, hal itu disebabkan oleh peralihan sebagian produksi ke program biofuel serta kondisi banyaknya tanaman sawit yang sudah tua.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah sedang mendorong program replanting atau peremajaan sawit. Kendati demikian, dia tidak bisa menjamin produksinya bakal meningkat dalam waktu dekat.

“Pasti produksi akan naik. Doakan saja,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Trump memutuskan mengurangi besaran tarif resiprokal terhadap produk impor Indonesia. Tarif imbal balik yang awalnya dipatok 32 persen dipangkas menjadi 19 persen.

Penurunan tarif impor ini datang dengan konsekuensi. Ekspor dari Amerika Serikat ke Indonesia akan bebas dari tarif dan hambatan non-tarif.

Trump mengatakan kesepakatan ini merupakan perjanjian bersejarah yang dicapai setelah berbicara langsung dengan Presiden Prabowo Subianto. Trump mengklaim, untuk pertama kalinya dalam sejarah, AS mendapat akses penuh dan total ke seluruh pasar Indonesia.

Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Trump mengatakan Indonesia berkomitmen membeli sejumlah produk dari AS. Mulai dari energi senilai US$15 miliar, produk pertanian senilai US$4,5 miliar, dan 50 pesawat Boeing yang didominasi jenis 777.

 

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us