Pariwisata Sampai Konstruksi, Perbanas Ungkap Strategi Dorong Konsumsi

- Daya beli masyarakat tertekan meski inflasi rendah, konsumsi rumah tangga perlambat, masyarakat mulai mengandalkan tabungan untuk kebutuhan sehari-hari.
- Pariwisata, perdagangan, jasa, konstruksi, dan infrastruktur menjadi sektor potensial yang memiliki efek ganda terhadap ekonomi dan daya beli masyarakat.
- Perbanas Review of Indonesia's Mid Year Economy (PRIME) 2025 mencatat industri pengolahan, perdagangan, pertanian masih menjadi sektor unggulan yang berkontribusi tinggi pada pertumbuhan ekonomi di Q2 2025.
Jakarta, FORTUNE - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menilai meski inflasi berada pada level rendah, daya beli masyarakat masih tertekan.
Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi menunjukkan perlambatan. Bahkan, sebagian masyarakat mulai mengandalkan tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga muncul fenomena makan tabungan. Kondisi ini mencerminkan tekanan pada keuangan rumah tangga sekaligus menimbulkan tantangan bagi likuiditas perbankan.
Ketua Bidang Riset & Kajian Ekonomi Perbanas, Aviliani, menilai, di tengah kondisi ini diperlukan sejumlah strategi untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang memiliki efek ganda terhadap ekonomi serta mampu mendorong daya beli.
"Kebijakan ekonomi perlu diarahkan pada sektor-sektor dengan daya dorong besar terhadap konsumsi," ujarnya dalam diskusi media, Rabu (20/8).
Menurut Aviliani, pariwisata menjadi salah satu sektor potensial karena memiliki multiplier effect yang tinggi. Ia menerangkan apabila pariwisata di suatu daerah berkembang, maka akan mampu menghidupkan rantai ekonomi dari makanan & minuman, perdagangan, transportasi, hingga jasa.
Selain itu ada sektor perdagangan dan jasa. Sebab sektor ini tetap menjadi penopang besar PDB, terutama bila dikaitkan dengan tren konsumsi domestik dan digital.
Adapun, sektor konstruksi dan infrastruktur, meskipun kontribusinya relatif kecil terhadap PDB, namun sektor tersebut dapat memberi dampak positif jangka panjang apabila diarahkan sesuai roadmap nasional sehingga tidak menjadi beban fiskal. Aviliani mencontohkan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang dapat menarik investasi dan membuka lapangan kerja.
"Dengan memadukan strategi sektoral dan kebijakan yang berpihak pada daya beli masyarakat, diharapkan roda ekonomi dapat bergerak lebih seimbang," kata dia.
erbanas Review of Indonesia's Mid Year Economy (PRIME) 2025, mencatat industri pengolahan, perdagangan, pertanian, masih menjadi sektor unggulan yang berkontribusi tinggi pada pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2025. Sedangkan pada kuartal I 2025, sektor pertanian yang berkrontibusi paling tinggi sebagi motor penggerak. Hanya saja di kuartal kedua, sektor pertanian ini hanya tumbuh 1,7 persen.