Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pasokan Kantor di Jakarta Minim, Okupansi Berpeluang Tumbuh di 2025

ilustrasi gedung perkantoran (unsplash.com/Sean Pollock)
ilustrasi gedung perkantoran (unsplash.com/Sean Pollock)

Jakarta, FORTUNE - Pasar perkantoran di Jakarta menunjukkan dinamika di paruh pertama 2025. Dalam laporan terbarunya, Colliers Indonesia menyebut tidak ada tambahan pasokan ruang kantor di wilayah Ibu Kota, khususnya kawasan pusat bisnis (CBD). Kelangkaan ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun dan bahkan berlanjut dalam beberapa tahun ke depan.

Menurut Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia, kekosongan suplai ruang kantor ini membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan tingkat okupansi.

“Kekosongan pasok di CBD sudah terjadi sejak tahun lalu dan akan berlanjut sampai 2027. Pasokan baru akan ada lagi pada 2028,” ujar Ferry dalam media briefing, Rabu (9/7).

Ferry mengungkapkan bahwa pada tahun lalu, terdapat sekitar 1,9 juta meter persegi ruang kantor yang belum terserap di kawasan CBD. Tahun ini, angka tersebut diperkirakan turun menjadi 1,8 juta meter persegi seiring minimnya proyek gedung baru yang dikembangkan.

Colliers mencatat tidak ada proyek baru di CBD sepanjang 2025. Para pengembang masih menunggu waktu yang tepat untuk mulai kembali membangun. Di sisi lain, pembangunan ruang kantor baru hanya akan terlihat di kawasan non-CBD, dengan estimasi tambahan 150.000 meter persegi hingga 2026. Namun, pada 2027 tidak akan ada pasokan baru sama sekali, baik di CBD maupun non-CBD.

“Momentum kekosongan supply ini bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan tingkat okupansi ruang kantor,” kata Ferry.

Situasi ini juga dipandang positif di tengah adanya pemekaran kementerian dalam pemerintahan baru. Ferry menilai, kebutuhan gedung perkantoran dari lembaga-lembaga negara bisa menjadi pemicu pertumbuhan permintaan.

“Beberapa kementerian belum punya gedung sendiri. Ada potensi ini mendongkrak permintaan ruang kantor, mengingat kebutuhan ruang bagi kementerian cukup besar,” katanya.

Terus tumbuh, tapi tak signifikan

Meski begitu, Ferry menggarisbawahi bahwa proyeksi pertumbuhan okupansi masih terbatas karena bergantung pada faktor ekonomi makro, terutama Produk Domestik Bruto (PDB). Colliers memperkirakan tingkat keterisian ruang kantor hanya akan naik tipis dari 74,8 persen di 2024 menjadi 75,3 persen pada 2025, dan mencapai 78,7 persen pada 2028.

“Proyeksi PDB belum agresif, masih sekitar 5%, jadi proyeksi pertumbuhan tingkat okupansi juga belum bisa agresif,” kata Ferry.

Dalam kondisi permintaan yang belum sepenuhnya pulih, banyak penyewa kantor masih bersikap hati-hati. Ekspansi maupun relokasi belum menjadi prioritas. Oleh karena itu, gedung kelas premium dan Grade A menjadi pilihan karena menawarkan kombinasi harga yang bersaing dan kualitas bangunan yang baik.

Ferry mengatakan bahwa para pemilik gedung belum menaikkan tarif sewa secara signifikan karena okupansi masih tergolong rendah. Di kawasan CBD, harga sewa rata-rata pada kuartal II-2025 masih berada di level Rp222.611 per meter persegi per bulan, dan diprediksi hanya turun sedikit menjadi Rp222.099 hingga akhir tahun.

“Secara umum tarif sewa masih akan stabil, tidak ada potensi kenaikan tarif sewa. Penyesuaian akan tergantung level upah minimum dan inflasi yang berhubungan dengan biaya utilitas,” ujar Ferry.

Minimnya pasokan ruang kantor hingga 2027 membuka celah peningkatan okupansi di Jakarta. Namun, tanpa dorongan signifikan dari pertumbuhan ekonomi nasional, perbaikan ini diprediksi akan terjadi secara bertahap.

Share
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us