Pertumbuhan Ekonomi RI Disorot Media Asing, Ini Hal yang Dibahas

- Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% pada kuartal II-2025 melebihi ekspektasi pasar global.
- Konsumsi rumah tangga, investasi, dan peningkatan ekspor menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan.
- Media asing menyoroti pentingnya transparansi dan konsistensi dalam penyajian data ekonomi Indonesia.
Jakarta, FORTUNE - Pertumbuhan ekonomi Indonesia disorot media asing setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2025 yang tumbuh sebesar 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini sedikit lebih tinggi dari capaian pada kuartal sebelumnya sebesar 4,87 persen.
Usai dirilis BPS pada Selasa (5/8), laporan tersebut langsung menjadi perhatian sejumlah media internasional, seperti Reuters, Xinhua, CNBC, Channel News Asia (CNA), Vietnam News Agency (VNA), hingga Business Today Malaysia. Media-media tersebut menurunkan laporan khusus mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai melampaui ekspektasi pasar global.
Berikut ini beberapa hal yang disorot sejumlah media asing.
Reuters sebut pertumbuhan ekonomi RI lebihi ekspektasi tapi beri kritikan
Reuters mencatat bahwa pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 5,12 persen berada di atas hasil jajak pendapat sebelumnya yang memperkirakan angka 4,80 persen. Media ini menulis bahwa pertumbuhan tersebut merupakan yang tercepat sejak kuartal II-2023.
Dalam artikelnya, Reuters mengutip ekonom DBS Bank, Radhika Rao, yang menyatakan bahwa percepatan ekspor sebelum penerapan tarif baru kemungkinan ikut mendorong pertumbuhan. Meski demikian, Reuters juga memuat pandangan dari sejumlah ekonom dalam negeri yang mempertanyakan keakuratan data pemerintah.
Misalnya, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho. Ia menekankan pentingnya akurasi dan transparansi data dalam penyusunan kebijakan.
"Kepercayaan investor bisa menurun jika data pemerintah tidak mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya," ujarnya kepada Reuters.
Sementara Bhima Yudhistira dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menuding ada indikasi politisasi data agar pertumbuhan ekonomi tampak lebih mungkin mencapai target 8% yang ditetapkan oleh Prabowo pada 2029. Di sisi lain, Mohammad Faisal dari CORE Indonesia mencatat bahwa angka PDB kuartal II-2025 berbeda dari indikator utama seperti konsumsi rumah tangga dan investasi.
Xinhua soroti kinerja sektor jasa dan ekspor
Sementara Kantor berita Tiongkok, Xinhua, merinci bahwa ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen secara tahunan, naik dari 4,87 persen di kuartal sebelumnya. Xinhua mencatat laporan Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS, Edy Mahmud, yang menyebutkan bahwa nilai PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.947 triliun pada kuartal II-2025.
Xinhua juga mencatat dominasi wilayah Jawa dalam struktur ekonomi nasional, dengan kontribusi sebesar 56,94 persen terhadap PDB dan pertumbuhan 5,24 persen yoy.
CNBC laporkan Indonesia menunjukkan daya tahan ekonomi
CNBC menyoroti bahwa pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 5,12 persen melampaui ekspektasi jajak pendapat dan merupakan yang tertinggi sejak pertengahan 2023. Media ini menulis bahwa Indonesia termasuk negara berkembang yang mampu menunjukkan daya tahan ekonomi di tengah tekanan global.
Beberapa indikator ekonomi domestik disebut masih menghadapi tantangan, namun konsumsi dan investasi tetap menjadi penopang utama pertumbuhan pada periode tersebut.
Channel News Asia paparkan pertumbuhan ekonomi RI lebih kuat di kuartal kedua
Channel News Asia (CNA) juga menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat dari kuartal sebelumnya. Dalam laporannya, CNA menyebut bahwa PDB Indonesia tumbuh 5,12 persen secara tahunan, naik dari 4,87 persen, dan menjadi pertumbuhan tercepat sejak kuartal II-2023.
CNA mengutip data BPS yang menunjukkan bahwa secara kuartalan (q-to-q), ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,04 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan pengeluaran masyarakat saat libur sekolah dan hari raya, serta pertumbuhan investasi di sektor infrastruktur.
The Business Times Singapura bahas stimulus dan kebijakan moneter
The Business Times dari Singapura mengutip analis Maybank, Brian Lee, yang menyampaikan bahwa pelonggaran moneter dan stimulus fiskal kemungkinan akan membantu menahan perlambatan ekonomi. Namun, tantangan struktural seperti lemahnya sentimen konsumen dan kondisi pasar tenaga kerja dinilai masih membatasi pemulihan yang lebih kuat.
Media ini juga menyampaikan bahwa Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen pada Juli 2025 sebagai bagian dari strategi untuk mendorong pertumbuhan. Pemerintah disebut tengah merencanakan paket stimulus ketiga menjelang akhir tahun dengan skala lebih kecil.
Media Asia Tenggara bahas kontribusi konsumsi dan investasi
Media asal Vietnam, Vietnam News Agency (VNA), menuliskan artikel berjudul “Indonesia's economy grows faster than expected”. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa konsumsi rumah tangga menyumbang 2,64 poin persentase terhadap pertumbuhan PDB kuartal II-2025. Investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menyumbang 2,06 poin, sementara konsumsi pemerintah hanya memberikan kontribusi 0,22 poin.
Sementara itu, Bao Moi, media Vietnam lainnya, menyoroti bahwa belanja pemerintah justru mengalami kontraksi sebesar -0,22 persen. Media ini juga menyebut bahwa indikator-indikator seperti indeks manufaktur dan penjualan kendaraan masih menunjukkan perlambatan.
Dari Malaysia, Business Today Malaysia merilis laporan berjudul “Indonesia Economy Grows By 5,12% in Q2”. Media ini menyampaikan bahwa ekonomi Indonesia menunjukkan peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan pertumbuhan yang berada di atas ekspektasi analis.
Itulah beberapa bahasan dari media asing terkait pertumbuhan ekonomi RI. Capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen pada kuartal II-2025 menarik perhatian media asing karena melebihi ekspektasi pasar. Konsumsi rumah tangga, investasi, serta peningkatan ekspor menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan. Namun di sisi lain, sejumlah pihak juga menyoroti pentingnya transparansi dan konsistensi dalam penyajian data ekonomi.