Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Profil Ayatollah Ruhollah Khomeini, Pendiri Iran

profil Ayatollah Ruhollah Khomeini
ilustrasi Ayatollah Ruhollah Khomeini (wikimedia commons)

Ayatollah Ruhollah Khomeini dikenal publik sebagai salah satu tokoh dunia ternama. Ia merupakan seorang politikus dan ulama yang menjadi pendidi Republik Islam Iran.

Selama Revolusi Iran pada 1979, Ruhollah Khomeini menjadi pemimpin dan berperan penting dalam menggulingkan Shah (Raja) Iran yang terakhir, Mohammad Reza Pahlavi dan mengakhiri Kekaisaran Persia.

Penasaran, seperti apa profil Ayatollah Ruhollah Khomeini? Simak profil hingga rekam jejak karier politiknya yang menarik untuk diketahui di bawah ini.

Profil Ayatollah Ruhollah Khomeini

Lahir pada 24 September 1902, Khomeini merupakan cucu dan anak dari mullah atau pemimpin Syiah. Saat usianya baru lima bulan, ayahnya dibunuh atas perintah pemilik tanah.

Diketahui ia pernah bersekolah di berbagai sekolah Islam. Kemudian, Khomeini memutuskan untuk tinggal menetap di Kota Qom, pusat intelektual untuk beasiswa Syiah.

Lewat kemampuannya, Khomeini menjadi salah satu cendekiawan ternama pada 1930-an di sana. Ia juga mengajar nilai-nilai Syiah dan membuat berbagai karya tulis di bidang filosofi, hukum, dan etika Islam.

Selama menjadi pengajar, Khomeini kerap menyuarakan kritik pada berbagai isu-isu sosial politik. Terlebih ia sangat menolak pemerintahan Iran yang kala itu dipimpin oleh Mohammad Reza Shah Pahlavi.

Berperan penting Revolusi Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini banyak dikenali sebagai pemimpin pertama dari Republik Islam Iran yang didirikan pada 1979.

Kariernya sebagai politikus

Pada 1950, Khomeini diakui sebagai ayatullah, pemuka agama besar. Ia juga diberikan gelar ayatullah agung pada 1960. 

Pencapaian tersebut semakin memperkuat profil Ayatollah Ruhollah Khomeini sebagai salah satu pemimpin agama tertinggi dalam komunitas syiah di Iran.

Bersama dengan ulama, Khomeini memulai protes untuk menentang rencana Shah terkait pelantikan pejabat tanpa disumpah menggunakan Al-Qur'an pada 1962.

Puncaknya saat Shah Pahlavi dengan memulai Revolusi Putih pada Januari 1963. Program tersebut berisi reformasi tanah, privatisasi perusahaan negara, dan pergantian sistem pemilihan umum.

Menanggapi Revolusi Putih, Khomeini muncul sebagai kritikus yang lantang melakukan penolakan dan mendorong gerakan anti pemerintah, yang membuatnya dipenjara pada 1963.

Penangkapan mengundang gelombang protes dan kerusuhan di tengah masyarakat. Peristiwa ini dikenal sebagai Pergerakan 15 Khordad.

Pernah diasingkan selama 14 tahun

Setelah mendekam selama setahun, Khomeini diasingkan secara paksa dari Iran pada 1964. Tercatat ia pernah diasingkan selama 14 tahun di kota suci Najaf di Irak.

Awalnya, Khomeini dikirim ke Turki pada 1964 untuk tinggal di kota Bursa selama kurang setahun. Pada 1965, ia dipindahkan ke Nafak.

Selama di pengasingan, Khomeini banyak menghabiskan waktunya dengan mengembangkan teori mengenai pendirian negara yang dibentuk berdasarkan prinsip Islam.

Adapun teori tersebut dikenal sebagai Velayat-e faqeeh. Teori tersebut berisi suatu negara yang didirikan atas prinsip-prinsip Islam dan dipimpin oleh para ulama.

Sosok penting dalam revolusi Iran

Lewat teori yang dikembangkannya, Khomeini diterima sebagai pemimpin oposisi. Sepanjang 1975-1978, ia mendukung berbagai aksi demonstrasi.

Pada pertengahan 1970-an, pengaruh Khomeini semakin dikenal luas. Ia dikenal sebagai penentang rezim shah di Iran.

Perlawanan tersebut memaksanya untuk meninggalkan Iran pada 1978 atas desakan pengusaha Iran saat itu, Saddam Hussein. Setelah diusir, pendukung Khomeini mengirim pesan yang direkam melalui tape.

Hal tersebut memicu penolakan besar-besaran pada rezim kerajaan di negara tersebut. Pada akhir 1978, masyarakat Iran melakukan demonstrasi dan kerusuhan.

Pada akhirnya, kepemimpinan shah di Iran digulingkan pada 16 Januari 1979. 

Khomeini tiba di Teheran pada 1 Februari 1979 dan diakui sebagai pemimpin agama dari revolusi Iran. Ia mengumumkan formasi pemerintah baru empat hari kemudian.

Referendum nasional yang dibuat pada April tahun tersebut mendapatkan respon positif dan dukungan pada institusi Republik Islam. Pada Desember, konstitusi dari Republik Islam disetujui.

Pada 3 Juni 1989, Khomeini meninggal dunia. Kepergiannya meninggalkan duka cita mendalam bagi masyarakat Iran. 

Lebih dari 10 juta orang dari seluruh negeri menghadiri acara pemakaman Khomeini dan menjadikannya sebagai salah satu pemakaman terbesar yang pernah ada di dunia.

Rekam jejaknya sebagai politikus dan ulama yang kompleks menjadikan profil Ayatollah Ruhollah Khomeini dihormati sebagai pemimpin negara Iran. Bahkan, sosoknya menjadi salah satu tokoh dunia kontroversial dalam sejarah modern.

Meski sosoknya sudah tidak ada, warisan dan pengetahuannya masih dipertahankannya hingga saat ini oleh para penerusnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadia Agatha Pramesthi
EditorNadia Agatha Pramesthi
Follow Us