Riset Ungkap Investasi RI Makin Tak Efisien, Ekonomi Digital Jadi Solusi

- Indonesia memiliki potensi ekonomi digital terbesar di ASEAN karena jumlah penduduk dan tingkat penetrasi internet.
- Tantangan pertumbuhan ekonomi termasuk geopolitik global, reformasi struktural, dan peningkatan ICOR Indonesia.
- ICOR dari ekonomi digital lebih rendah dibandingkan dengan ekonomi nasional, menunjukkan efisiensi yang lebih baik.
Jakarta, FORTUNE - Sebuah riset terbaru dari Prasasti Center for Policy Studies mengungkap tantangan besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia: efisiensi investasi nasional telah menurun drastis dalam beberapa dekade terakhir.
Namun, riset yang sama menemukan bahwa perekonomian digital tampil sebagai solusi kunci karena terbukti jauh lebih efisien dalam mendorong pertumbuhan.
Temuan utama riset menyoroti angka incremental capital output ratio (ICOR) nasional membengkak dua kali lipat dari 3,3 pada 1965 menjadi 6,6 pada 2023. ICOR adalah indikator yang mengukur berapa banyak investasi tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit pertumbuhan ekonomi.
Sederhananya, jika dulu Indonesia hanya memerlukan investasi sebesar US$3,3 untuk menghasilkan tambahan PDB senilai US$1, kini diperlukan modal US$6,6 untuk memperoleh output yang sama.
Apa itu ICOR?
ICOR adalah indikator efisiensi investasi.
Angka ini menunjukkan berapa unit modal/investasi tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit output/pertumbuhan tambahan.
Makin rendah angka ICOR, makin efisien investasi di negara tersebut.
Policy and Program Director Prasasti, Piter Abdullah, menegaskan tingginya angka ICOR ini menjadi tantangan berat, terutama jika dibandingkan dengan negara lain yang berada pada kisaran 3 sampai 4.
“Artinya kalau negara lain membutuhkan sekian, kita membutuhkan mungkin dobel investasi yang harus kita lakukan. Nah ini hal yang sangat berat, tantangannya berat, tapi bukan tidak mungkin,” ujar Piter saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (12/8).
Di tengah tantangan tersebut, Prasasti justru menemukan solusi pada sektor digital.
Riset menunjukkan bahwa ICOR dari perekonomian digital relatif jauh lebih rendah, yaitu 4,3, dibandingkan ICOR perekonomian nasional. Temuan ini mengindikasikan bahwa setiap dolar yang diinvestasikan pada sektor digital mampu memberikan hasil atau output yang jauh lebih besar, menjadikannya mesin pertumbuhan lebih efisien bagi Indonesia.
Potensi ini didukung oleh sejumlah faktor fundamental. Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar di ASEAN (284 juta orang) serta tingkat penetrasi internet dan kepemilikan ponsel yang tertinggi di kawasan.
“Bahkan jumlah HP kita lebih besar daripada jumlah penduduk. Karena satu orang bisa pegang dua, bisa pegang tiga. Jadi ini sebenarnya adalah semuanya potensi ekonomi digital. Dan kalau kita kalkulasikan kita adalah yang terbesar di ASEAN,” kata Piter.
Anggota Dewan Penasihat Prasasti, Burhanuddin Abdullah, menambahkan bahwa pengembangan perekonomian digital akan memberikan dampak yang bisa dirasakan langsung oleh berbagai lapisan masyarakat.
“Ini dapat pula memperluas akses pasar, keuangan, dan teknologi. Dampaknya dapat terasa pada konsumen, para pedagang, pelaku UMKM dan pekerja informal,” ujarnya.